Fabel – Sewaktu kecil sering sekali Orang bau tanah kita, menceritakan kisah-kisah wacana Si Kancil, yaitu Hewan arif yang sangat suka makan mentimun. Kancil mencuri tanaman mentimun yang ditanam oleh Sang Petani, dengan memperdayai Sang Petani, sehingga Si Kancil berhasil mencuri buah mentimun.
Kisah diatas termasuk kedalam kategori cerita, yang disebut sebagai Fabel. Apa yang dimaksud dengan Fabel?. Oleh alasannya itu pada kesempatan kali ini, kita akan bersama-sama membahas wacana Fabel beserta dengan Struktur-struktur yang terkait dalam pembentukan dan penulisannya.
Pengertian
Fabel ialah Cerita Dongeng yang menceritakan wacana Kehidupan suatu Hewan yang berperilaku menyerupai Manusia, yaitu berupa Akal, Tingkah Laku, Watak dan Cara Berbicaranya. Dalam penulisan jenis dongeng ini merupakan khayalan belaka (Imajinasi), yang terkadang memasukkan Manusia sebagai Karakter tambahannya.
Fabel juga sering diartikan sebagai Cerita yang mengandung pesan atau makna, berkaitan dengan Moral yang ada pada dalam diri Manusia, yaitu berupa sifat-sifat jelek yang berada dalam diri Manusia, melalui tokoh-tokoh Hewan semoga sanggup mempengaruhi Pembaca, untuk mencontoh dan memahami perbuatan yang baik atau tidak baik.
Ciri-Ciri
Fabel ini sangat terkenal dikalangan Anak-anak, alasannya itu jenis dongeng ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
- Tema yang akan dijadikan sebagai Fabel harus wacana Hubungan Sosial.
- Sebagian besar Tokoh-tokoh yang berperan pada Fabel, yaitu berupa Hewan.
- Watak pada Tokoh Hewan yang digambarkan, mempunyai Karakter Manusia, yaitu Baik, Buruk, Penyabar, Pemarah, Suka Membantu, Dermawan, Keras Kepala, Cerdik, Egois, dan Lain-lainnya.
- Tokoh yang diperankan oleh Hewan sanggup Berfikir, Berkomunikasi, dan Bertingkah Laku menyerupai Manusia.
- Sudut pandang yang terdapat dalam pembentukan Fabel ialah Pihak Ketiga.
- Jalan Cerita yang dipakai ialah Alur Maju (Beruntun dari Awal hingga Akhir).
- Konflik yang terjadi dalam ceritanya, mencakup permasalahan yang terdapat dalam Kehidupan Manusia.
- Latar Belakang atau Tempat yang dipakai mencakup Hutan, Sungai, Danau, Gunung, Pepohonan, Bebatuan, Padang Rumput, Gua, dan Lain-lainnya yang terdapat di Alam Bebas.
- Memiliki sebuah Latar Waktu, yaitu Pagi, Siang, Sore, dan Malam hari.
- Gaya Bahasa yang dipakai bersifat Naratif (Berurutan), yaitu Berupa Dialog dengan Kalimat Langsung, dan memakai Bahasa Informal (Bahasa Sehari-hari).
- Mengandung Amanat, Pesan, atau Makna yang berharga untuk Pembaca.
Struktur Penulisan
Dalam penulisan Fabel terdapat Struktur-struktur tertentu yang berfungsi pada pembentukannya, yaitu sebagai berikut ini :
1. Orientasi
Orientasi merupakan bab yang berisikan wacana Pengenalan Para Tokoh, Latar Tempat dan Waktu, dan Awalan Kalimat Masuk kedalam Tahap-tahap selanjutnya.
2. Komplikasi
Komplikasi merupakan bab Inti yang berisikan wacana Pokok-pokok problem yang sedang terjadi dan harus dihadapi oleh Tokoh Utama dalam dongeng Fabel.
3. Resolusi
Resolusi merupakan bab kelanjutan dari Komplikasi diatas, yang berisikan wacana Pemecahan problem atau Solusi dalam mencari jalan keluar dari Permasalahan-permasalahan yang sedang terjadi, dengan cara yang Kreatif dan Cerdik.
4. Hikmah
Bagian terakhir yang berada dalam Fabel ini berisikan wacana Perubahan yang terjadi dalam diri setiap Tokoh cerita, dan mempunyai sebuah kandungan Hikmah atau Pelajaran yang sanggup dijadikan sebagai Pedoman.
Macam-macam Bentuk
Bila dilihat dari waktu kemunculannya, Fabel terbagi menjadi 2 macam bentuk, yaitu sebagai berikut ini :
1. Fabel Klasik
Bentuk Fabel pada jenis ini merupakan Sebuah dongeng yang sudah ada, pada Zaman dahulu yang tidak diketahui kapan waktu permbuatannya.
Cerita-cerita yang terdapat dalam Fabel Klasik ini, diwariskan atau diceritakan secara Lisan oleh Orang Tua kepada Anak-anaknya, dan terus tersambung hingga Generasi-generasinya secara turun-temurun.
Dalam penulisan dongeng pada Fabel Klasik ini biasanya Tokoh yang berperan ialah Kancil, Buaya, Kerbau, dan Rusa.
Ciri-Ciri Fabel Klasik :
- Penulisan atau Pembuatan memakai Cerita yang pendek
- Pembuatan dilakukan dengan memakai Tema yang sederhana
- Memiliki sebuah Pesan-pesan Moral yang Kental
- Penggambaran pada Tokoh Hewan masih menempel dengan Sifat-sifat Hewan
2. Fabel Modern
Bentuk Fabel pada jenis ini merupakan Sebuah dongeng yang diketahui pembuatannya dalam waktu yang Relatif tidak lama, dan sengaja dibentuk oleh Pengarang untuk mengekspresikan Kesastraan. Ada juga yang terbentuk menurut dengan kejadian-kejadian yang sedang terjadi dalam kehidupan Manusia.
Dalam penokohan Fabel Modern ini, mempunyai Beranekaragam macam-macam Hewan, yaitu berupa Burung, Ayam, Ular, Ikan, Singa, Gajah, Macan, dan Lain-lainnya.
Ciri-Ciri Fabel Modern :
- Penulisan atau Pembuatan memakai Cerita yang bervariatif (Panjang atau Pendek)
- Pembuatan dilakukan dengan memakai Tema yang tidak sederhana (Rumit)
- Terkadang dalam Alur Ceritanya berupa Epik atau Saga
- Karakter yang terdapat didalamnya majemuk Tokoh yang Unik
Contoh Cerita
Setelah kita membahas Struktur-struktur yang terkait dalam penulisan Fabel, berikut ada beberapa rujukan dongeng yang sanggup kita pahami :
1. Cerita Fabel Klasik
Kisah Kancil dan Buaya
Kancil pun sangat terkejut dengan kedatangan Sekelompok Buaya yang terlihat sedang kelaparan tersebut, tetapi dengan akal yang dimilikinya, Sang Kancil pun mempunyai sebuah Ide yang jenius, semoga sanggup menyebrangi sungai tanpa harus menjadi kuliner Sekelompok Buaya tersebut. Kancil pun berdiri dari istirahatnya dan berjalan pelan ke arah sungai untuk menghampiri Para Buaya, dan berkata “Selamat siang Buaya, Apakah kalian sudah makan?”, tetapi Para Buaya itu tetap membisu tidak berkata sama sekali, tampaknya Para Buaya itu sedang tertidur pulas, sehingga tidak mendengar pertanyaan dari Sang Kancil.
2. Cerita Fabel Modern
Kisah Rubah dan Bangau
Pada suatu hari, seekor Rubah sedang berjalan-jalan di hutan belantara, ia berkata dalam hati ” Ah cuaca yang sangat cerah dan udara yang sangat sejuk, alangkah menyenangkan bila saya pergi memancing ikan”. Rubah pun segera mempersiapkan Alat-alat untuk memancing, kemudian ia segera pergi menuju ke sebuah Telaga yang letaknya berada di tengah-tengah hutan tersebut.
Ketika Sang Rubah telah hingga di sebuah Telaga, ia melihat seekor burung Bangau yang cantik, sedang asyik berenang di tengah-tengah Telaga dengan air yang jernih.
“Wahai Bangau, apa yang sedang kau lakukan disini ?” tanya Rubah sembari mengeluarkan alat-alat memancingnya. Dia membayangkan akan mendapat ikan yang banyak, untuk dimasak sebagai hidangan makan malamnya.
“Aku sedang berenang, menikmati air Telaga yang sangat sejuk ini, sembari membersihkan bulu-bulu indah ku ini” jawab Bangau tersebut, sembari mengepakan kedua sayapnya yang lebar itu.
Lalu Bangau pun bertanya “Apa kau hendak akan memancing, wahai Rubah?”, ketika melihat Alat-alat memancing yang sedang disiapkan oleh Rubah.
“Benar, hari ini saya akan memancing ikan untuk hidangan makan malam ku nanti” jawab Rubah sambil mengarahkan kail pancing yang telah diberi umpan ke arah Telaga. Setelah gres saja melemparkan kail pancing tersebut, tiba-tiba pancingannya bergetar dan dengan segera Rubah menarik pancingannya tersebut, sesudah ditarik ia pun melihat seekor ikan besar tergantung pada kail pancing.
“Wow..aku mendapat sebuah ikan yang besar…. saya sanggup pesta besar nanti malam”, kata Rubah dengan penuh kegirangan. Melihat Sang Bangau yang sedang asyik berenang tersebut, kemudian Rubah berkata kembali “Wahai Bangau, apa kau mau tiba ketempat ku, untuk makan malah nanti?”. Sambil membereskan Alat-alat memancingnya untuk segara pulang kerumah.
Mendengar perkataan Rubah tersebut, Bangau pun menjawab “Tentu saja Rubah”, dengan penuh semangat. Setelah mendengar tanggapan dari Bangau, maka Rubah segera pulang ke rumahnya.
Sesampainya dirumah, Rubah pun segera memasak ikan hasil dari memancingnya tadi, dan mempersiapkan segalanya untuk pesta besar nanti malam dengan Sang Bangau. Pada ketika sempurna waktunya makan malam, datanglah Bangau kerumah Rubah, “Tok..tok..hai Rubah….” panggil Bangau sembari mengetuk pintu rumah.
“Silahkan masuk, wahai Bangau” jawab Rubah sambil membukakan pintu rumahnya. Setelah pintu rumah terbuka, Bangau pun masuk kedalam, kemudian mereka berdua duduk di bangku dengan meja makan yang telah dihias indahnya.
Bangau pun merasa kagum dengan Sang Rubah, ketika aroma kuliner yang tercium membangkitkan selera, Bangau pun merasa lapar dan berkata “Hmmm…harum sekali busuk kuliner yang kau buat Rubah, niscaya rasanya enak sekali”.
Mendengar kebanggaan dari Bangau tersebut, Sang Rubah pun segera menghidangkan Sup ikan yang sangat enak dan harum, yang telah ia buat tadi, kemudian Rubah meletakan masakannya kedalam sebuah mangkuk berukuran kecil. Melihat akan hal tersebut, Bangau merasa sangat sedih, alasannya ia tidak sanggup menyantap Sup ikan tersebut, alasannya ia mempunyai paruh yang panjang. Akhirnya Bangau hanya menatap Sup ikan tersebut, sembari menahan rasa lapar pada perutnya.
Melihat Bangau hanya menatap Sup ikan yang disajikan kedalam mangkuk kecil itu, Rubah pun bertanya “Wahai Bangau, kenapa kau tidak memakan Sup ikan yang telah ku buatkan untuk mu, apakah kau tidak menyukainya?”. Bangau pun menjawab dengan nada duka “Paruh yang ku miliki tidak sanggup dipakai untuk memakan Sup ikan didalam mangkuk kecil mu itu Rubah”.
Mendengar pernyataan dari Bangau itu, raut wajah sang Rubah pun berkembang menjadi duka dan berkata “Maafkan aku, sahabat ku Bangau, tetapi saya hanya mempunyai mangkuk kecil”, kemudian Rubah berkata lagi “Tetapi kau tidak perlu bersedih lagi wahai Bangau, alasannya saya mempunyai ilham lain, supaya kau sanggup memakan Sup ikan buatan ku”.
Kemudian Rubah segera mengambil sebuah rantang, dan mengisi rantang tersebut dengan Sup ikan sehingga penuh. “Ini Bangau bawalah rantang ini, kau sanggup menikmati Sup ikan buatan ku ini di rumah mu”, kata Rubah sembari menyerahkannya, sehingga Bangau pun merasa sangat senang. “Terimakasih Rubah, kau sangat baik sekali, besok hari merupakan giliran ku mengundang mu, untuk makan malam di rumah ku” kata Bangau sambil berpamitan pulang. “Baiklah, saya niscaya datang”, jawab Rubah sembari melambaikan tangan.
Pada keesokan harinya, waktu makan malam pun tiba….
Tidak usang kemudian Rubah pun telah hingga didepan rumah Bangau, dan mengetuk pintu “Tok..tok..tok..” Rubah mengetuk pintu rumah. Bangau pun membukakan pintu untuk Rubah “Ahh.. Rubah.. kau telah datang, ayo masuk”, ajak sang Bangau.
Ketika Rubah telah masuk ke dalam rumah Bangau, terciumlah busuk harum dari kuliner yang dibentuk oleh Bangau. “Hai Bangau, perutku lapar sekali” kata Rubah. “Ayo Rubah, mari kita segera makan kuliner ku” kata sang Bangau. Sembari membawa Rubah untuk duduk di meja makan, yang sudah tersedia 2 buah kendi dengan leher panjang, berisikan kuliner Bangau.
Melihat bentuk daerah kuliner yang disediakan oleh Bangau, Rubah pun berfikir sejenak, dan berkata,”Aku tidak sanggup makan kuliner mu, yang berada dalam kendi ini, alasannya saya mempunyai leher yang pendek, apakah kau mempunyai mangkuk yang berukuran kecil?”.
Sang Bangau pun menjawab sambil tersenyum “Ahh..tentu saja”, dan berkata lagi “Rantang yang kau gunakan untuk membawa Sup ikan buatan mu yang kemarin, sanggup kau gunakan kembali untuk mengisi kuliner buatan ku”.
Dan pada hasilnya Rubah dan Bangau pun, hidup dengan tenang dan sanggup menikmati makan malamnya dengan penuh kegembiraan.
Demikianlah klarifikasi mengenai wacana Fabel beserta Pengertian, Ciri-Ciri, Struktur Penulisan, Macam-macam Bentuk, dan Contoh Cerita.
Semoga sanggup bermanfaat dan menjadi suatu pengetahuan yang mempunyai kegunaan untuk kita semua.
Baca Juga Artikel Lainnya :