Berikut ini yaitu berkas Modul Penyusunan Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) Sekolah Menengan Atas Lengkap Semua Mata Pelajaran. Download file format PDF.
Modul Penyusunan Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) Sekolah Menengan Atas Semua Mata Pelajaran |
Modul Penyusunan Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) Sekolah Menengan Atas Lengkap Semua Mata Pelajaran
Modul Penyusunan Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) Sekolah Menengan Atas ini diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan RI Tahun 2019.
Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi HOTS (Higher Order Thinking Skills) Sekolah Menengan Atas Semua Mata Pelajaran:
Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Modul Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi HOTS (Higher Order Thinking Skills) Sekolah Menengan Atas Semua Mata Pelajaran:
Pendidikan sebagai ujung tombak kemajuan suatu bangsa hendaknya menawarkan pelayanan yang selaras dengan tuntutan zaman. Agar menjadi pribadi yang sukses di kurun ke-21 seseorang yang hidup di kurun tersebut dituntut banyak sekali keterampilan relevan yang harus dikuasai semoga sanggup menyesuaikan diri dan berkontribusi. Tuntutan kemampuan kurun 21 yang semakin kompetitif menuntut empat kompetensi yaitu: Critical Thinking and Problem Solving, Creativity and Innovation, Communication dan Collaboration. Pendidikan sebagai pengemban kiprah reformatif dan transformatif harus bisa mempersiapkan akseptor didik untuk menguasai banyak sekali keterampilan tersebut.
Kebutuhan terhadap lulusan yang kritis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif inilah yang menjadi kompetensi lulusan utama pada kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum ini didasarkan prinsip pokok yaitu kompetensi lulusan yang didasarkan atas kebutuhan, isi kurikulum dan mata pelajaran yang diturunkan secara pribadi dari kebutuhan kompetensi, mata pelajaran yang kontributif pada pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penerapan prinsip-prinsip yang esensial ini diharapkan semoga implementasi kurikulum 2013 menghasilkan lulusan yang siap menghadapi kurun 21.
Sebagai bab yang utuh dan selaras dengan komponen kurikulum 2013, penilaian berperan untuk menstimulus capaian pembelajaran yang salah satunya membangun sikap kritis. Untuk membangun kemampuan Critical Thinking and Problem Solving, instrumen penilaian diarahkan pada soal berstandar internasional yaitu Higher Order Thinking Skills (HOTS) atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Buku ini merupakan panduan penyusunan soal HOTS mata pelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru dalam sebuah penilaian yang diharapkan akan berdampak pada peningkatan kemampuan berpikir kritis bagi akseptor didik.
Buku ini menjelaskan seni administrasi penyusunan soal HOTS yang secara garis besar memuat wacana latar belakang, konsep dasar penyusunan soal HOTS, penyusunan soal HOTS mata pelajaran dan pola soal HOTS, seni administrasi implementasi penyusunan soal HOTS. Diharapkan buku ini sanggup menjadi tumpuan semoga kegiatan bimbingan teknis penyusunan soal HOTS berjalan dengan lancar sehingga pada karenanya bisa mencapai tujuan yang diharapkan yaitu lulusan yang krisis, kreatif, komunikatif dan kolaboratif.
BAB I Pendahuluan
A. Rasional
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2018 wacana Perubahan atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 wacana Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah pada lampiran I menyatakan bahwa salah satu dasar penyempurnaan kurikulum yaitu adanya tantangan eksternal, antara lain terkait dengan arus globalisasi dan banyak sekali isu lingkungan hidup, kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif, budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional.
Pendidikan pada era revolusi industri 4.0 diarahkan untuk pengembangan kompetensi kurun ke-21, yang terdiri dari tiga komponen utama yaitu kompetensi berpikir, bertindak, dan hidup di dunia. Komponen berpikir meliputi berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan pemecahan masalah. Komponen bertindak meliputi komunikasi, kolaborasi, literasi data, literasi teknologi, dan literasi manusia. Komponen hidup di dunia meliputi inisiatif, mengarahkan diri (self-direction), pemahaman global, serta tanggung jawab sosial. Munculnya literasi gres yaitu (1) literasi data yaitu kemampuan untuk membaca, menganalisis, dan memakai informasi (big data) di dunia digital, (2) literasi teknologi yaitu kemampuan memahami cara kerja mesin, aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence, and engineering principles), dan (3) literasi insan terkait dengan humanities, communication, collaboration, merupakan tantangan tersendiri untuk bisa hidup pada kurun ke-21.
Terkait dengan isu perkembangan pendidikan di tingkat internasional, Kurikulum 2013 dirancang dengan banyak sekali penyempurnaan. Pertama, pada standar isi, yaitu mengurangi materi yang tidak relevan serta pendalaman dan ekspansi materi yang relevan bagi siswa serta diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berpikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional. Kedua, pada standar penilaian, dengan mengadaptasi secara sedikit demi sedikit model-model penilaian standar internasional. Penilaian hasil mencar ilmu diharapkan sanggup membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills), alasannya keterampilan berpikir tingkat tinggi sanggup mendorong siswa untuk berpikir secara luas dan mendalam wacana materi pelajaran.
Kurikulum 2013 lebih diarahkan untuk membekali siswa sejumlah kompetensi yang dibutuhkan menyongsong kurun ke-21. Beberapa kompetensi penting yang dibutuhkan pada kurun ke-21 yaitu 4C meliputi: (1) critical thinking (kemampuan berpikir kritis) bertujuan semoga siswa sanggup memecahkan banyak sekali permasalahan kontekstual memakai logika-logika yang kritis dan rasional; (2) creativity (kreativitas) mendorong siswa untuk kreatif menemukan bermacam-macam solusi, merancang seni administrasi baru, atau menemukan cara-cara yang tidak lazim dipakai sebelumnya; (3) collaboration (kerja sama) memfasilitasi siswa untuk mempunyai kemampuan bekerja dalam tim, toleran, memahami perbedaan, bisa untuk hidup bersama untuk mencapai suatu tujuan; dan (4) communication (kemampuan berkomunikasi) memfasilitasi siswa untuk bisa berkomunikasi secara luas, kemampuan menangkap gagasan/informasi, kemampuan menginterpretasikan suatu informasi, dan kemampuan berargumen dalam arti luas.
Hasil telaah butir soal yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengan Atas pada Pendampingan USBN tahun pelajaran 2018/2019 terhadap 26 mata pelajaran pada 136 Sekolah Menengan Atas Rujukan yang tersebar di 34 Provinsi, memperlihatkan bahwa dari 1.779 butir soal yang dianalisis sebagian besar ada pada Level-1 dan Level-2. Dari 136 Sekolah Menengan Atas Rujukan, hanya 27 sekolah yang menyusun soal keterampilan berpikir tingkat tinggi sebanyak 20% dari seluruh soal USBN yang dibuat, 84 sekolah menyusun soal keterampilan berpikir tingkat tinggi di bawah 20%, dan 25 sekolah menyatakan tidak tahu apakah soal yang disusun keterampilan berpikir tingkat tinggi atau tidak. Hal itu tidak sesuai dengan tuntutan penilaian Kurikulum 2013 yang lebih meningkatkan implementasi model-model penilaian keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Selain itu, hasil studi internasional Programme for International Student Assessment (PISA) memperlihatkan prestasi literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) yang dicapai siswa Indonesia sangat rendah. Pada umumnya kemampuan siswa Indonesia sangat rendah dalam: (1) mengintegrasikan informasi; (2) menggeneralisasi masalah demi masalah menjadi suatu solusi yang umum; (3) memformulasikan dilema dunia nyata ke dalam konsep mata pelajaran; dan (4) melaksanakan investigasi.
Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka perlu adanya perubahan sistem dalam pembelajaran dan penilaian. Soal-soal yang dikembangkan oleh guru diharapkan sanggup mendorong peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan kreativitas, dan membangun kemandirian siswa untuk menuntaskan masalah. Oleh alasannya itu, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengan Atas menyusun Panduan Penyusunan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi bagi guru SMA.
B. Tujuan
Modul Penyusunan soal keterampilan berpikir tingkat tinggi disusun dengan tujuan sebagai berikut.
- Memberikan pemahaman kepada guru Sekolah Menengan Atas wacana konsep dasar penyusunan Soal keterampilan berpikir tingkat tinggi;
- Meningkatkan keterampilan guru Sekolah Menengan Atas untuk menyusun Soal keterampilan berpikir tingkat tinggi;
- Memberikan pedoman bagi pengambil kebijakan baik di tingkat sentra dan tempat untuk melaksanakan pelatihan dan sosialisasi wacana penyusunan Soal keterampilan berpikir tingkat tinggi.
C. Hasil yang Diharapkan
Sesuai dengan tujuan penyusunan panduan di atas, maka hasil yang diharapkan yaitu sebagai berikut.
- Meningkatnya pemahaman guru Sekolah Menengan Atas wacana konsep dasar penyusunan Soal keterampilan berpikir tingkat tinggi;
- Meningkatnya keterampilan guru Sekolah Menengan Atas untuk menyusun Soal keterampilan berpikir tingkat tinggi;
- Terorganisirnya pola pelatihan dan sosialisasi wacana menyusun Soal keterampilan berpikir tingkat tinggi.
BAB II Konsep Dasar Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
A. Pengertian
Penilaian HOTS tidak sanggup dipisahkan dengan pembelajaran HOTS. Tugas guru bukan hanya melaksanakan penilaian HOTS, melainkan juga harus bisa melaksanakan pembelajaran yang sanggup melatih siswa untuk mempunyai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Tujuan utamanya yaitu untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang lebih efektif. Prinsip umum untuk menilai berpikir tingkat tinggi yaitu sebagai berikut.
- Menentukan secara tepat dan terperinci apa yang akan dinilai.
- Merencanakan kiprah yang menuntut siswa untuk memperlihatkan pengetahuan atau keterampilan yang mereka miliki.
- Menentukan langkah apa yang akan diambil sebagai bukti peningkatan pengetahuan dan kecakapan siswa yang telah ditunjukan dalam proses.
Penilaian berpikir tingkat tinggi meliputi 3 prinsip:
- Menyajikan stimulus bagi siswa untuk dipikirkan, biasanya dalam bentuk pengantar teks, visual, skenario, wacana, atau dilema (kasus).
- Menggunakan permasalahan gres bagi siswa, belum dibahas di kelas, dan bukan pertanyaan hanya untuk proses mengingat.
- Membedakan antara tingkat kesulitan soal (mudah, sedang, atau sulit) dan level kognitif (berpikir tingkat rendah dan berpikir tingkat tinggi).
Soal-soal HOTS merupakan instrumen yang dipakai untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, yaitu keterampilan berpikir yang tidak sekadar mengingat (remembering), memahami (understanding), atau menerapkan (applying). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur keterampilan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan mengintegrasikan informasi, 3) mencari kaitan dari banyak sekali informasi yang berbeda-beda, 4) memakai informasi untuk menuntaskan dilema (problem solving), dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Dengan demikian soal-soal HOTS menguji keterampilan berpikir menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengingat (remembering-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (applying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mencipta (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mencipta (creating-C6). Kata kerja operasional (KKO) yang ada pada pengelompokkan Taksonomi Bloom menggambarkan proses berpikir, bukanlah kata kerja pada soal. Ketiga kemampuan berpikir tinggi ini (analyzing, evaluating, dan creating) menjadi penting dalam menuntaskan masalah, transfer pembelajaran (transfer of learning) dan kreativitas.
Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai pola kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila soal tersebut untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus kemudian siswa diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mencipta) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun seni administrasi pemecahan dilema baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diharapkan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan dilema (problem solving), menentukan seni administrasi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.
Dalam struktur soal-soal HOTS umumnya memakai stimulus. Stimulus merupakan dasar berpijak untuk memahami informasi. Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan harus bersifat kontekstual dan menarik. Stimulus sanggup bersumber dari isu-isu global menyerupai dilema teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, infrastruktur, dan lain-lain. Stimulus juga sanggup bersumber dari permasalahan-permasalahan yang ada di lingkungan sekitar sekolah menyerupai budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau banyak sekali keunggulan yang terdapat di tempat tertentu. Stimulus yang baik memuat beberapa informasi/gagasan, yang dibutuhkan untuk membuatkan kemampuan mencari relasi antarinformasi, transfer informasi, dan terkait pribadi dengan pokok pertanyaan.
B. Karakteristik
Soal-soal HOTS sangat direkomendasikan untuk dipakai pada banyak sekali bentuk penilaian hasil belajar. Untuk menginspirasi guru menyusun soal-soal HOTS di tingkat satuan pendidikan, berikut ini dipaparkan karakteristik soal-soal HOTS.
1. Mengukur Keterampilan berpikir Tingkat Tinggi
The Australian Council for Educational Research (ACER) menyatakan bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan proses: menganalisis, merefleksi, menawarkan argumen (alasan), menerapkan konsep pada situasi berbeda, menyusun, dan mencipta. Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi kemampuan untuk memecahkan dilema (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking), berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan kemampuan mengambil keputusan (decision making). Keterampilan berpikir tingkat tinggi merupakan salah satu kompetensi penting dalam dunia modern, sehingga wajib dimiliki oleh setiap siswa.
Kreativitas menuntaskan permasalahan dalam HOTS, terdiri atas:
a. kemampuan menuntaskan permasalahan yang tidak familiar;
b. kemampuan mengevaluasi seni administrasi yang dipakai untuk menuntaskan dilema dari banyak sekali sudut pandang yang berbeda;
c. menemukan model-model penyelesaian gres yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi sanggup dilatih dalam proses pembelajaran di kelas. Oleh alasannya itu semoga siswa mempunyai keterampilan berpikir tingkat tinggi, maka proses pembelajarannya juga menawarkan ruang kepada siswa untuk menemukan pengetahuan berbasis aktivitas. Aktivitas dalam pembelajaran harus sanggup mendorong siswa untuk membangun kreativitas dan berpikir kritis.
2. Berbasis Permasalahan Kontekstual dan Menarik (Contextual and Trending Topic)
Soal-soal HOTS merupakan instrumen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari. diharapkan siswa sanggup menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menuntaskan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia ketika ini terkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, kehidupan bersosial, penetrasi budaya, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam banyak sekali aspek kehidupan. Kontekstualisasi dilema pada penilaian membangkitkan sikap kritis dan peduli terhadap lingkungan.
Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual, yang disingkat REACT.
a. Relating, terkait pribadi dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b. Experiencing, ditekankan kepada penggalian (exploration), inovasi (discovery), dan penciptaan (creation).
c. Applying, kemampuan siswa untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menuntaskan masalah-masalah nyata.
d. Communicating, kemampuan siswa untuk bisa mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
e. Transfering, kemampuan siswa untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Ciri-ciri asesmen kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, yaitu sebagai berikut.
a. Siswa mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekedar menentukan balasan yang tersedia;
b. Tugas-tugas merupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c. Tugas-tugas yang diberikan tidak mengkungkung dengan satu-satunya balasan benar, namun memungkinkan siswa untuk membuatkan gagasan dengan bermacam-macam alternative, balasan benar yang berdasar pada bukti, fakta, dan alasan rasional.
Stimulus soal-soal HOTS harus sanggup memotivasi siswa untuk menginterpretasi serta mengintegrasikan informasi yang disajikan, tidak sekedar membaca. Salah satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS yaitu meningkatkan kemampuan berkomunikasi siswa. Kemampuan berkomunikasi antara lain sanggup direpresentasikan melalui kemampuan untuk mencari relasi antar informasi yang disajikan dalam stimulus, memakai informasi untuk menuntaskan masalah, kemampuan mentransfer konsep pada situasi gres yang tidak familiar, kemampuan menangkap ide/gagasan dalam suatu wacana, menelaah ide dan informasi secara kritis, atau menginterpretasikan suatu situasi gres yang disajikan dalam bacaan.
Untuk membuat stimulus yang baik, semoga dipilih informasi-informasi, topik, wacana, situasi, info atau bentuk lain yang sedang mengemuka (trending topic). Sangat dianjurkan untuk mengangkat permasalahan-permasalahan yang bersahabat dengan lingkungan siswa berada, atau bersumber pada permasalahan- permasalahan global yang sedang mengemuka. Stimulus yang tidak menarik berdampak pada ketidaksungguhan/ketidakseriusan akseptor tes untuk membaca informasi yang disajikan dalam stimulus atau mungkin saja tidak mau dibaca lagi alasannya ending-nya sudah diketahui sebelum membaca (bagi stimulus yang sudah sering diangkat, sudah umum diketahui). Kondisi tersebut sanggup menjadikan kegagalan butir soal untuk mengungkap kemampuan berkomunikasi siswa. Soal dengan stimulus kurang menarik tidak memperlihatkan kemampuan siswa untuk menghubungkan informasi yang disajikan dalam stimulus atau memakai informasi untuk menuntaskan dilema memakai logika-logika berpikir kritis.
3. Tidak Rutin dan Mengusung Kebaruan
Salah satu tujuan penyusunan soal-soal HOTS yaitu untuk membangun kreativitas siswa dalam menuntaskan banyak sekali permasalahan kontekstual. Sikap kreatif erat dengan konsep inovatif yang menghadirkan keterbaharuan. Soal-soal HOTS tidak sanggup diujikan berulang-ulang pada akseptor tes yang sama. Apabila suatu soal yang awalnya merupakan soal HOTS diujikan berulang-ulang pada akseptor tes yang sama, maka proses berpikir siswa menjadi menghafal dan mengingat. Siswa hanya perlu mengingat cara-cara yang telah pernah dilakukan sebelumnya. Tidak lagi terjadi proses berpikir tingkat tinggi. Soal-soal tersebut tidak lagi sanggup mendorong akseptor tes untuk kreatif menemukan solusi baru. Bahkan soal tersebut tidak lagi bisa menggali ide-ide asli yang dimiliki akseptor tes untuk menuntaskan masalah.
Soal-soal yang tidak rutin sanggup dikembangkan dari KD-KD tertentu, dengan memvariasikan stimulus yang bersumber dari banyak sekali topik. Pokok pertanyaannya tetap mengacu pada kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan tuntutan pada KD. Bentuk-bentuk soal sanggup divariasikan sesuai dengan tujuan tes, contohnya untuk penilaian harian dianjurkan untuk memakai soal-soal bentuk uraian alasannya jumlah KD yang diujikan hanya 1 atau 2 KD saja. Sedangkan untuk soal-soal penilaian simpulan semester atau ujian sekolah sanggup memakai bentuk soal pilihan ganda (PG) dan uraian. Untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS) akan lebih baik bila memakai soal bentuk uraian. Pada soal bentuk uraian gampang dilihat tahapan-tahapan berpikir yang dilakukan siswa, kemampuan mentransfer konsep ke situasi baru, kreativitas membangun argumen dan penalaran, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan pengukuran keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Mencermati salah satu tujuan penyusunan soal HOTS yaitu untuk membuatkan kreativitas siswa, maka para guru juga harus kreatif menyusun soal-soal HOTS. Guru harus mempunyai persediaan soal-soal HOTS yang cukup dan variatif untuk KD-KD tertentu yang sanggup dibuatkan soal-soal HOTS, semoga karakteristik soal-soal HOTS tidak berubah dan tetap terjaga mutunya.
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa kata kerja operasional (KKO) yang sama namun berada pada ranah yang berbeda. Perbedaan penafsiran ini sering muncul ketika guru menentukan ranah KKO yang akan dipakai dalam penulisan indikator soal. Untuk meminimalkan permasalahan tersebut, Puspendik (2015) mengklasifikasikannya menjadi 3 level kognitif, yaitu: 1) level 1 (pengetahuan dan pemahaman), 2) level 2 (aplikasi), dan 3) level 3 (penalaran). Berikut dipaparkan secara singkat klarifikasi untuk masing-masing level tersebut.
1. Level 1 (Pengetahuan dan Pemahaman)
Level kognitif pengetahuan dan pemahaman meliputi dimensi proses berpikir mengetahui (C1) dan memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 yaitu mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural. Bisa jadi soal-soal pada level 1 merupakan soal kategori sukar, alasannya untuk menjawab soal tersebut siswa harus sanggup mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melaksanakan sesuatu. Namun soal-soal pada level 1 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering dipakai adalah: menyebutkan, menjelaskan, membedakan, menghitung, mendaftar, menyatakan, dan lain-lain.
2. Level 2 (Aplikasi)
Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang lebih tinggi dari pada level pengetahuan dan pemahaman. Level kognitif aplikasi meliputi dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3). Ciri-ciri soal pada level 2 yaitu mengukur kemampuan: a) memakai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menuntaskan dilema rutin. Siswa harus sanggup mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melaksanakan sesuatu untuk menjawab soal level 2. Selanjutnya pengetahuan tersebut dipakai pada konsep lain atau untuk menuntaskan permasalahan kontekstual. Namun soal-soal pada level 2 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering dipakai adalah: menerapkan, menggunakan, menentukan, menghitung, membuktikan, dan lain-lain.
3. Level 3 (Penalaran)
Level kecerdikan sehat merupakan level keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS), alasannya untuk menjawab soal-soal pada level 3 siswa harus bisa mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta mempunyai logika dan kecerdikan sehat yang tinggi untuk memecahkan masalah- dilema kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level kecerdikan sehat meliputi dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan siswa untuk menspesifikasi aspek-aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan siswa untuk menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses berpikir mencipta (C6) menuntut kemampuan siswa untuk merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah. Soal-soal pada level kecerdikan sehat tidak selalu merupakan soal-soal sulit. Ciri-ciri soal pada level 3 yaitu menuntut kemampuan memakai kecerdikan sehat dan logika untuk mengambil keputusan (evaluasi), memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun seni administrasi gres untuk memecahkan dilema kontekstual yang tidak rutin. Kemampuan menginterpretasi, mencari relasi antar konsep, dan kemampuan mentransfer konsep satu ke konsep lain, merupakan kemampuan yang sangat penting untuk menuntaskan soal-soal level 3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering dipakai antara lain: menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan, merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan menggubah.
D. Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dan Tingkat Kesukaran Soal
Banyak yang salah menafsirkan bahwa soal HOTS yaitu soal yang sulit. Soal sulit belum tentu soal HOTS, demikian pula sebaliknya ‘Difficulty’ is NOT the same as the higher order thinking.” kalimat sederhana ini bermakna bahwa soal yang sulit tidaklah sama dengan soal HOTS. Kenyataannya, baik soal LOTS maupun HOTS, keduanya mempunyai rentang tingkat kesulitan yang sama dari yang mudah, sedang dan sulit. Dengan kata lain, ada soal LOTS yang gampang dan ada juga soal HOTS yang mudah, demikian juga dengan tingkat kesulitan yang tinggi ada juga pada soal LOTS. Sebagai contoh, untuk mengetahui arti sebuah kata yang tidak umum (uncommon word) mungkin mempunyai tingkat kesukaran yang sangat tinggi alasannya hanya sedikit siswa yang bisa menjawab benar, tetapi kemampuan untuk menjawab permasalahan tersebut tidak termasuk higher order thinking skills. Sebaliknya sebuah soal yang meminta siswa untuk menganalisis dengan melaksanakan pengelompokan benda menurut ciri fisik bukan merupakan soal yang sulit untuk dijawab oleh siswa.
Tingkat kesukaran (mudah v.s. sukar) dan dimensi proses berpikir (berpikir tingkat rendah v.s. berpikir tingkat tinggi) merupakan dua hal yang berbeda. Kesalahpahaman interpretasi kalau LOTS itu gampang dan HOTS itu sulit sanggup menghipnotis proses pembelajaran. Implikasi dari kesalahpahaman ini yaitu guru menjadi enggan menawarkan atau membiasakan siswanya untuk berpikir tingkat tinggi hanya alasannya siswanya tidak siap, dan hanya menerapkan pembelajaran LOTS dan kiprah yang bersifat drill saja.
E. Peran Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Penilaian Hasil Belajar
Peran soal HOTS dalam penilaian hasil mencar ilmu siswa difokuskan pada aspek pengetahuan dan keterampilan yang terkait dengan KD pada KI-3 dan KI-4. Soal-Soal HOTS bertujuan untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi. Pada penilaian hasil belajar, guru mengujikan butir soal HOTS secara proporsional. Berikut kiprah soal HOTS dalam penilaian hasil belajar.
1. Mempersiapkan kompetensi siswa menyongsong kurun ke-21
Penilaian hasil mencar ilmu pada aspek pengetahuan yang dilaksanakan oleh sekolah diharapkan sanggup membekali siswa untuk mempunyai sejumlah kompetensi yang dibutuhkan pada kurun ke-21. Secara garis besar, terdapat 3 kelompok kompetensi yang dibutuhkan pada kurun ke-21 (21st century skills) yaitu: a) mempunyai aksara yang baik (religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas); b) mempunyai kemampuan 4C (critical thinking, creativity, collaboration, dan communication); serta c) menguasai literasi meliputi keterampilan berpikir memakai sumber-sumber pengetahuan dalam bentuk cetak, visual, digital, dan auditori.
Penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil mencar ilmu sanggup melatih siswa untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya sesuai dengan tuntutan kompetensi kurun ke-21. Melalui penilaian berbasis soal-soal HOTS, keterampilan berpikir kritis (critical thinking), kreativitas (creativity) dan rasa percaya diri (learning self reliance), akan dibangun melalui kegiatan latihan menuntaskan banyak sekali permasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari (problem-solving).
2. Memupuk rasa cinta dan peduli terhadap kemajuan tempat (local genius)
Soal-soal HOTS hendaknya dikembangkan secara kreatif oleh guru sesuai dengan situasi dan kondisi di wilayahnya masing-masing. Kreativitas guru dalam hal pemilihan stimulus yang berbasis permasalahan tempat di lingkungan satuan pendidikan sangat penting. Berbagai permasalahan yang terjadi di tempat tersebut sanggup diangkat sebagai stimulus kontekstual. Dengan demikian stimulus yang dipilih oleh guru dalam soal-soal HOTS menjadi sangat menarik alasannya sanggup dilihat dan dirasakan secara pribadi oleh siswa. Di samping itu, penyajian soal-soal HOTS dalam penilaian hasil mencar ilmu sanggup meningkatkan rasa mempunyai dan cinta terhadap potensi-potensi yang ada di daerahnya. Sehingga siswa merasa terpanggil untuk ikut ambil bab dalam memecahkan banyak sekali permasalahan yang timbul di daerahnya.
3. Meningkatkan motivasi mencar ilmu siswa
Pendidikan formal di sekolah hendaknya sanggup menjawab tantangan di masyarakat sehari-hari. Ilmu pengetahuan yang dipelajari di dalam kelas hendaknya terkait pribadi dengan pemecahan dilema di masyarakat. Dengan demikian siswa mencicipi bahwa materi pelajaran yang diperoleh di dalam kelas mempunyai kegunaan dan sanggup dijadikan bekal untuk terjun di masyarakat. Tantangan yang terjadi di masyarakat sanggup dijadikan stimulus kontekstual dan menarik dalam penyusunan soal-soal penilaian hasil belajar, sehingga muncul soal-soal berbasis HOTS, diharapkan sanggup menambah motivasi mencar ilmu siswa. Motivasi inilah yang menjadikan siswa menjadi insan pembelajar sepanjang hayat.
4. Meningkatkan mutu dan akuntabilitas penilaian hasil mencar ilmu
Instrumen penilaian dikatakan baik apabila sanggup menawarkan informasi yang akurat terhadap kemampuan akseptor tes. Penggunaan soal-soal HOTS sanggup meningkatkan kemampuan ketrampilan berpikir anak. Akuntabilitas pelaksanaan penilaian hasil mencar ilmu oleh guru dan sekolah menjadi sangat penting dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat kepada sekolah.
Pada Kurikulum 2013 sebagian besar tuntutan KD ada pada level 3 (menganalisis, mengevaluasi, atau mencipta). Soal-soal HOTS sanggup menggambarkan kemampuan siswa sesuai dengan tuntutan KD. Kemampuan soal-soal HOTS untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi, sanggup meningkatkan mutu penilaian hasil belajar.
F. Langkah-Langkah Penyusunan Soal Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Untuk menulis butir soal HOTS, terlebih dahulu penulis soal menentukan sikap yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan sikap yang diharapkan. Pilih materi yang akan ditanyakan menuntut kecerdikan sehat tinggi, kemungkinan tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh alasannya itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal, dan kreativitas guru dalam menentukan stimulus soal yang menarik dan kontekstual. Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.
1. Menganalisis KD yang sanggup dibentuk soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru menentukan KD yang sanggup dibuatkan soal HOTS. Tidak semua KD sanggup dibuatkan model-model soal HOTS. Pilihlah KD yang memuat KKO yang pada ranah C4, C5, atau C6. Para Guru secara sanggup berdiri diatas kaki sendiri atau melalui lembaga MGMP sanggup melaksanakan analisis terhadap KD yang sanggup dibuatkan soal-soal HOTS.
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu para guru menulis butir soal HOTS. Kisi-kisi tersebut diharapkan untuk memandu guru dalam: (a) menentukan kemampuan minimal tuntutan KD yang sanggup dibentuk soal-soal HOTS, (b) menentukan materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan level kognitif.
3. Merumuskan Stimulus yang Menarik dan Kontekstua
Stimulus yang dipakai harus menarik, artinya stimulus harus sanggup mendorong siswa untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh siswa, atau isu-isu yang sedang mengemuka. Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, mendorong siswa untuk membaca. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menyusun stimulus soal HOTS: (1) pilihlah beberapa informasi sanggup berupa gambar, grafik, tabel, wacana, dll. yang mempunyai keterkaitan dalam sebuah masalah (2) stimulus hendaknya menuntut kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan, menganalisis, menyimpulkan, atau menciptakan; (3) pilihlah kasus/permasalahan kontekstual dan menarik (terkini) yang memotivasi siswa untuk membaca (pengecualian untuk mapel Bahasa, Sejarah boleh tidak kontekstual); dan (4) terkait pribadi dengan pertanyaan (pokok soal), dan berfungsi.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Setiap butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS, intinya hampir sama dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak pada aspek materi (harus diubahsuaikan dengan karakteristik soal HOTS di atas), sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis harus dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibentuk untuk soal uraian. Sedangkan kunci balasan dibentuk untuk soal pilihan ganda, dan isian singkat.
Download Modul Penyusunan Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) Sekolah Menengan Atas Semua Mata Pelajaran
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Modul Penyusunan Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) Sekolah Menengan Atas Semua Mata Pelajaran ini silahkan lihat preview salah satu file dan unduh berkas modul lainnya pada link di bawah ini:Modul Penyusunan Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) SMA
Download File:
Download 1. Modul Penyusunan Soal HOTS PA Islam.pdf
Download 2. Modul Penyusunan Soal HOTS PA Kristen.pdf
Download 3. Modul Penyusunan Soal HOTS PA Katholik.pdf
Download 4. Modul Penyusunan Soal HOTS PA Hindu.pdf
Download 6. Modul Penyusunan Soal HOTS PA Khongucu.pdf
Download 5. Modul Penyusunan Soal HOTS PA Katholik.pdf
Download 7. Modul Penyusunan Soal HOTS PPKn.pdf
Download 8. Modul Penyusunan Soal HOTS Bahasa Indonesia.pdf
Download 9. Modul Penyusunan Soal HOTS Sejarah Indonesia.pdf
Download 10. Modul Penyusunan Soal HOTS Bahasa Inggris.pdf
Download 11. Modul Penyusunan Soal HOTS Seni Budaya.pdf
Download 12. Modul Penyusunan Soal HOTS PJOK.pdf
Download 13. Modul Penyusunan Soal HOTS PKWU.pdf
Download 14. Modul Penyusunan Soal HOTS Matematika.pdf
Download 15. Modul Penyusunan Soal HOTS Fisika.pdf
Download 16. Modul Penyusunan Soal HOTS Biologi.pdf
Download 17. Modul Penyusunan Soal HOTS Kimia.pdf
Download 18. Modul Penyusunan Soal HOTS Geografi.pdf
Download 19. Modul Penyusunan Soal HOTS Ekonomi.pdf
Download 21. Modul Penyusunan Soal HOTS Sosiologi.pdf
Download 20. Modul Penyusunan Soal HOTS Sejarah.pdf
Download 22. Modul Penyusunan Soal HOTS Bahasa dan Sastra Indonesia.pdf
Download 23. Modul Penyusunan Soal HOTS Bahasa dan Sastra Inggris.pdf
Download 24. Modul Penyusunan Soal HOTS Bahasa dan Sastra Arab.pdf
Download 25. Modul Penyusunan Soal HOTS Bahasa dan Sastra Mandarin.pdf
Download 26. Modul Penyusunan Soal HOTS Bahasa dan Sastra Jepang.pdf
Download 27. Modul Penyusunan Soal HOTS Bahasa dan Sastra Korea.pdf
Download 28. Modul Penyusunan Soal HOTS Bahasa dan Sastra Jerman.pdf
Download 29. Modul Penyusunan Soal HOTS Bahasa dan Sastra Perancis.pdf
Download 30. Modul Penyusunan Soal HOTS Antropologi.pdf
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Modul Penyusunan Soal HOTS (Higher Order Thinking Skills) Sekolah Menengan Atas Lengkap Semua Mata Pelajaran. Semoga bisa bermanfaat.
Advertisement