Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Tema Khutbah Jum'at, 29 Rabiul Akhir 1438 H
Tema Khutbah Jum'at, 29 Rabiul Akhir 1438 H
*AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR*
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu dan takutilah dengan suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak sanggup menolong anaknya dan seorang anak tidak sanggup (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya kesepakatan Allah yaitu benar, Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kau dalam (mentaati) Allah [Luqmân/31:33]
Allah Azza wa Jalla juga berfirman:
وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. dan ketahuilah bahwa Allah Amat keras siksaan-Nya [al-Anfâl/8:25]
Hati-hatilah kalian dengan kehidupan dunia. Janganlah kau terpedaya dengan kenikmatan dan kesenangannya. Janganlah kau terperdaya oleh penipu (setan) dalam (mentaati) Allah Azza wa Jalla . Janganlah kau tertipu dengan banyaknya harta. Janganlah kau tertipu dengan kelapangan hidup, manisnya dunia dan keindahannya. Janganlah kau tertipu dengan nikmat keamanan dan kesehatan dari Allah Azza wa Jalla . Janganlah kau tertipu dengan pembiaran Allah Azza wa Jalla kepadamu kadab kau meninggalkan kewajiban dan banyak berbuat maksiat.
Perhatikan orang-orang dan kampung-kampung yang ada di sekelilingmu. Lihatlah, maksiat telah tersebar di masyarakat Islam, maksiat yang telah kemudian pun muncul kembali kini ini. Di antara mereka ada orang yang meremehkan shalat, mengikuti hawa nafsu, menahan zakat, dan bermuamalah riba secara terang-terangan atau dengan secara penipuan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang diberiman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar [al-Baqarah/2:9]
Mereka menahan zakat dengan alasan mengikuti rukhsah (keringanan) dari sebagian Ulama`. Mereka tidak melihat bahwa kebenaran yaitu yang ditunjukkan oleh bukti. Tidak boleh bagi seorang pun untuk selalu mengikuti rukhsah para Ulama`. Sesungguhnya sebagian ulama mengatakan: “Barang siapa selalu mengikuti rukhsah, sungguh ia telah berfaham zindiq”.
Mereka Jauh dari sifat malu. Mereka melanggar hal-hal yang diharamkan. Mereka mirip hewan yang hanya mencari perbendaharaan dunia. Mereka meremehkan agama, mencegah dari jalan Allah Azza wa Jalla , dan mengikuti jalan orang-orang kafir. Mereka dihiasi oleh amal-amal buruk mereka. Mereka menduga hal itu yaitu kebebasan dan kemajuan. Mereka tidak mengetahui bahwa hal itu merupakan perbudakan di bawah belenggu yahudi dan kehengkangan dari jalan Salafus Shâlih. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
Mereka lari dari perbudakan yang telah diciptakan (menjadi fitrah) bagi mereka
Dan mereka diuji dengan perbudakan jiwa dan setan
Demikianlah kebanyakan insan di sebagian negara-negara Islam. Kita khawatir akan menimpa negeri kita yang terjaga, yang kebanyakan penduduknya menginginkan kebenaran dan mengerjakannya. Aku khawatir akan tertimpa waba` (penyakit) di negeri kita sampai kita binasa.
Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya sebab-sebab kehengkangan ini kembali pada 2 perkara, yaitu:
1. Lemahnya agama dan kuatnya orang yang menyeru kepada kebatilan.
2. Lemahnya amar makruf dan nahi munkar dan mudâhanah (penipuan yang mengatasnamakan agama). Penjagaan agama tidak akan tegak kecuali dengan amar makruf dan nahi munkar. Memerintah apa yang telah di perintahkan Allah Azza wa Jalla dan Rasulnya dan melarang apa yang telah dihentikan Allah Azza wa Jalla dan Rasulnya dengan tujuan masukan lantaran Allah Azza wa Jalla bagi hambanya
Jika kita tidak melaksanakan amar makruf nahi munkar, hampir-hampir kita lenyap sebagaimana orang-orang selain kita. Karena itulah Allah Azza wa Jalla berfirman :
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kau segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” [Ali Imrân/3:104]
Saya memohon kepada Allah Azza wa Jalla semoga menjadikanku termasuk golongan umat ini. Ya Allah Azza wa Jalla , jadikanlah kami golongan orang yang mengajak kepada kebaikan, melaksanakan amar makruf nahi munkar dan menerima keberuntungan di dunia akhirat. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ ۚ وَأُولَٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
“Dan janganlah kau ibarat orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah tiba keterangan yang terperinci kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang menerima siksa yang berat” [Ali Imrân/3:105]
Jika kita tidak melaksanakan amar makruf nahi munkar, kita niscaya akan berselisih, lantaran masing-masing orang akan melaksanakan sekehendaknya. Dirinya di uji oleh hawa nafsunya. Kadab itu akan terjadi perselisihan/perpecahan di badan umat Islam.
Wahai kaum Muslimin, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla berfirman :
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu yaitu umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar, dan diberiman kepada Allah” [Ali Imrân/3:110]
Jika kita mengerjakan 3 hal yaitu : Iman kepada Allah Azza wa Jalla ,amar makruf dan nahi munkar. Kita akan menjadi sebaik-baik umat yang dilahirkan untuk manusia. Jika kita meninggalkannya, maka kita tidak akan menjadi sebaik-baik umat. Bahkan mungkin akan menjadi umat yang paling jelek. Karena tidak ada nasab antara hamba dan Allah Azza wa Jalla .akan tetapi, barang siapa yang bertaqwa, dialah yang mulia di sisi-Nya. Orang yang paling mulia di sisi Allah Azza wa Jalla yaitu orang yang paling bertaqwa.
Sesungguhnya sebagian insan menduga bahwa amar makruf dan nahi munkar khusus bagi orang yang di tunjuk oleh daulah (pemerintah) saja. ini yaitu prasangka yang salah. Amar makruf dan nahi mungkar tidak terbatas bagi satu kelompok tertentu saja, akan tetapi merupakan kewajiban seluruh manusia
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا (Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran). Mim, di sini yaitu untuk syarat dan disebut dengan bentuk umum, artinya siapapun yang melihat kemungkaran, wajib baginya merubah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Jika tidak mampu, maka dengan maka dengan hatinya. Jika ia termasuk orang yang di diberi hak oleh penguasa, maka hendaknya mengubah dengan tangannya. Jika tidak, maka hendaknya berpindah kepada derajat yang kedua yaitu dengan lisannya, dengan cara berbicara dengan masukan dan arahan. Jika tidak mungkin, maka dengan hatinya, dengan cara mengingkari dan membenci kemungkaran tersebut serta berlepas diri dari pelakunya. Akan tetapi, tidak berlepas diri secara mutlak, lantaran pelaku kemungkaran yang masih muslim ada sisi baik dan sisi buruknya. Hendaknya ia berpaling dari sisi buruknya dan menolong pada sisi baiknya.
Jika seseorang tidak merasa tidak berguna kadab mendatangi orang yang berbuat munkar, maka wajib baginya menyerahkan kepada yang berwenang yang berhak mengurusi orang ini. Jika telah menyerahkanya, maka gugurlah kewajibannya dan ia selamat dari dosa. Adapun bagi yang berwenang hendaknya menegakkan perbaikan yang telah Allah Azza wa Jalla wajibkan atas mereka.
Sesungguhnya umat tidak akan menjadi besar lengan berkuasa dan terpandang sampai mereka bersatu, dan hal itu mustahil tercapai kecuali tegak amar makruf nahi mungkar. Sehingga umat berada dalam satu agama dalam akidah, ucapan, amalan dan jalan yang lurus. Jika tidak, maka fondasi Islam akan roboh. Mereka berpecah menjadi beberapa kelompok. Tiap kelompok merasa gembira dengan kelompoknya. Kadab itu benarlah firman Allah Azza wa Jalla :
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ ۚ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikitpun tanggung jawabanmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memdiberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat” [al-An`âm/6:159]
Kalian yaitu umat yang satu. Jika kalian tidak menegakkan perintah Allah Azza wa Jalla dan melaksanakan perbaikan di masyarakat dengan menerapkan agama Allah Azza wa Jalla , maka siapa lagi? Jika mereka tidak saling sebetulnya mencegah keburukan dan kerusakan, maka tiruana akan hancur. Abdullah bin mas`ud Radhiyallahu anhu berkata:“Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, :“Sesungguhnya seseorang dari bani Israil apabila melihat saudaranya mengerjakan dosa, ia pun mencegahnya sebagai permaafan baginya. Jika besoknya tidak mencegah apa yang ia lihat. Ia pun duduk dan makan bersamanya. Tatkala Allah Azza wa Jalla melihat hal itu. Allah Azza wa Jalla pukul hati sebagian mereka kepada sebagian yang lain dan Allah Azza wa Jalla melaknat mereka melalui mulut Nabi mereka Dâwud Alaihissallam dan Isa Bin Maryam Alaihissallam. Hal itu lantaran mereka durhaka dan melampaui batas””
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “ Demi dzat yang diriku berada di tangannya. Hendaklah kalian benar-benar melaksanakan amar makruf dan nahi munkar. Dan hendaklah kalian benar-benar mengambil tangan orang yang kurang cerdik dan membawanya kepada kebenaran atau Allah Azza wa Jalla benar-benar akan memukul hati sebagian kalian dengan sebagian yang lainnya kemudian melaknat kalian sebagaimana Allah Azza wa Jalla melaknat mereka” [Tafsîr ath-Thabary 4/657 dan Ibnu Abî Hâtim dalam Tafsîr Ibnu Katsîr 3/161]
Wallahu A'lam
Ust. H. ROBI KURNIAWAN, MA
Advertisement