Info Populer 2022

Sekretaris Ditjen Pendis Minta Guru Pai Ajari Siswa Wacana Toleransi

Sekretaris Ditjen Pendis Minta Guru Pai Ajari Siswa Wacana Toleransi
Sekretaris Ditjen Pendis Minta Guru Pai Ajari Siswa Wacana Toleransi
Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Salam untuk Seluruh GPAI Indonesia. Sebagai seorang pendidik, Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) diminta untuk senantiasa mengajarkan toleransi semenjak dini kepada para penerima didik. Demikian salah satu pesan penting yang disampaikan oleh Sekretaris Ditjen Pendidikan Agama Islam, Bapak Moh. Ishom di ketika ia memmemberikankan pengarahan [ada Rapat Koordinasi dan Evaluasi Program PAI di Tanggerang pada hari Rabu tanggal 14 Desember 2016 beberapa hari yang lalu. memberikankut kutipan tidak ada yang kurangnya :
Tangerang (Pinmas) --- Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam Moh. Ishom meminta para Guru Pendidikan Agama Islam untuk mengajarkan toleransi semenjak dini kepada para siswa. Salah satu aspek yang penting ialah pentingnya memahami sejarah berdirinya Indonesia.
"Berdirinya negara Indonesia merupakan hasil toleransi Ummat Islam. Jika ada orang Islam ingin menghancurkan NKRI maka tidak memahami sejarah, atau ingin mengganti falsafah Indonesia, maka ia juga tidak paham sejarah," kata Moh. Ishom ketika memmemberikankan pengarahan pada Rapat Koordinasi dan Evaluasi Program PAI di Tangerang, Rabu (14/12).
Untuk bisa memmemberikankan pemahaman kepada para siswa, maka guru PAI juga dituntut untuk bisa memahami sejarah Indonesia. "Semua guru agama Islam di Indonesia harus ikut memmemberikankan pemahamaan perihal sejarah berdirinya bangsa Indonesia dengan komprehensif supaya bisa memmemberikankan isu yang sempurna kepada para penerima didik," ujarnya
Menurut Ishom, negara ini memang didirikan oleh dominan orang Islam. Namun, mereka bersepakat untuk tidak memakai Islam sebagai dasar dan falsafah negara. "Semua guru Pendidikan Agama Islam wajib mengetahui sejarah ini dengan tidak ada yang kurang supaya bisa memmemberikankan pemahaman kepada para siswa," jelasnya.
Ishom mengaku prihatin melihat sejumlah penerima didik kini yang tidak mengetahui sejarah berdirinya bangsa ini dengan baik, termasuk mengapa Indonesia memakai Pancasila sebagai dasar negara, bukan Islam. Akibatnya, belakangan muncul siswa, bahkan ada juga guru yang menyalahkan para pendiri bangsa.
"Berdosa kita kalau tidak merawat bangsa yang sudah didirikan para tokoh bangsa terberlalu dan silam itu. Mereka berjuang untuk kemerdekaan dan persatuan," terangnya semangat.
Rapat Koordinasi dan Evaluasi Program PAI ini tidak hanya diikuti para guru PAI saja, tetapi juga para dosen PAI di perguruan tinggi tinggi umum, para pengawas, pengamat pendidikan, dan para pemangku kudang kecepejakan Pai dari Kantor Wilayah Kementerian Agama provinsi.

Advertisement

Iklan Sidebar