Berikut ini yaitu berkas Buku Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan. Download file format PDF. Buku ini diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Buku Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan |
Buku Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan
Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Buku Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan:
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berbagi aktivitas Pendidikan Keluarga melalui Satuan Pendidikan.Tujuan aktivitas tersebut yaitu memberdayakan keluarga dalam melaksanakan pendidikan abjad anaknya, dan sekaligus menyinkronkan pelaksanaan pendidikan abjad yang dilaksanakan oleh keluarga di rumah dan yang dilaksanakan oleh para pendidik di satuan pendidikan.Program ini secara operasional dimulai pada simpulan tahun 2016 yang ditandai oleh pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis di sejumlah provinsi.
Hingga dikala ini, aktivitas tersebut belum diketahui sepenuhnya bagaimana implementasi dilapangan.Oleh alasannya itu, dalam rangka mengawal pelaksanaan aktivitas tersebut, Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan melaksanakan Kajian Awal Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan.Kajian ini ditujukan untuk memperlihatkan citra awal pelaksanaan aktivitas pendidikan keluarga sekitar enam bulan sesudah sosialisasi dan pelaksanaan bintek pendidikan keluarga.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga, Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah berbagi aktivitas Pendidikan Keluarga melalui Satuan Pendidikan.Tujuan aktivitas tersebut yaitu memberdayakan keluarga dalam melaksanakan pendidikan abjad anaknya, dan sekaligus menyinkronkan pelaksanaan pendidikan abjad yang dilaksanakan oleh keluarga di rumah dan yang dilaksanakan oleh para pendidik di satuan pendidikan. Program ini secara operasional dimulai pada simpulan tahun 2016 yang ditandai oleh pelaksanaan sosialisasi dan bimbingan teknis di sejumlah provinsi.
Hingga dikala ini, aktivitas tersebut belum diketahui sepenuhnya bagaimana implementasi dilapangan.Oleh alasannya itu, dalam rangka mengawal pelaksanaan aktivitas tersebut, Pusat Penelitian Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan melaksanakan Kajian Awal Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan.Kajian ini ditujukan untuk memperlihatkan citra awal pelaksanaan aktivitas pendidikan keluarga sekitar enam bulan sesudah sosialisasi dan pelaksanaan bintek pendidikan keluarga.
Hasil simpulan dari kajian awal ini diharapkan sanggup bermaanfaat dalam penetapan kebijakan yang menyangkut program-program prioritas di Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga maupun pihak-pihak lain yang membutuhkan.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Sejak anak dilahirkan danmengenal kehidupan di sekelilingnya, orangtualah yang sangat berperan besar dan bertanggungjawab dalam memperhatikan tumbuh kembang anak, sehingga orangtua harus sanggup mengetahuidan memenuhi kebutuhan fisik-biologis, kasih sayang dan emosi anak sebagai kebutuhan dasar. Pemenuhan kebutuhan ini harus berjalan beriringan, biar anak tumbuh dan berkembang secara optimal.
Dengan demikian anak memerlukan keluarga untuk tempat bernaung, mewujudkan fisik yang sehat, dan memberi keamanan psikologis. Anak juga memerlukan aktualisasi diri yang sanggup diperoleh diantaranya melalui sekolah. Oleh alasannya di sekolah tersedia kesempatan bagi anak berbagi potensi dirinya menjadi kemampuan yang nyata. Di sekolah, anakdapat pula memenuhi kebutuhannya mencapai prestasi.Selain itu, anak akan mengikuti proses pembelajaran dan serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya perubahan struktur atau pola tingkah laris dalam kemampuan kognitif, afektif, dan keterampilan yang selaras, seimbang, demi masa depan anak sendiri. Kebutuhan dasar anaklainnya akan diperoleh dari lingkungan masyarakat, alasannya dalam masyarakat anak sanggup berbagi potensi sosialnya sebagai kebutuhan untuk mempunyai relasi interpersonal dan interaksi sosial. Dengan demikian keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat disebut sebagai tri sentra pendidikan.
Menurut Unicef (2009) diantara ke tiga lingkungan tersebut, keluargalah yang lebih mayoritas dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak (60 persen). Jumlah keluarga Indonesia pada tahun 2015 mencapai 66,16 juta (BKKBN) dan banyaknya anak usia0-18 tahun yang bersekolah pada pendidikan formal maupun non formal yaitu sebesar 67.891.533 orang. Keluarga sebagai suatu institusi dan anak sebagai salah satu anggotanya,di Indonesia masih sangat membutuhkan rangsangan dari aktivitas pendidikan.
Pendidikan diharapkan sebagai upaya untuk menanamkan akal pekerti, memajukan pikiran serta memelihara jasmani anak. Lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi seorang anak yaitu keluarga, alasannya anak semenjak pertama lahir bahkan dikala masih di dalam kandungan telah memperoleh pendidikan dari orangtuanya (khususnya ibu). Pendidikan dalam keluarga lebih dahulu diperoleh anak sebelum ia mengenal lingkungan pendidikan lainnya.Pendidikan keluarga (dikkel) disebut sebagai pendidikan utama, alasannya di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki anak terbentuk dan dikembangkan.William Bennett juga menyatakan bahwa keluarga merupakan wahana pertama dan utama bagi penanaman nilai-nilai abjad anak. Apabila keluarga gagal melaksanakan internalisasi nilai-nilai abjad pada anak, maka akan sulit bagi institusi-institusi di luar keluarga (termasuk sekolah) untuk memperbaikinya.
Salah satu fungsi dari keluarga yaitu menanamkan dasar pendidikan moral dan sosial, ibarat nilai-nilai sikap baik/positif. Nilai-nilai tersebut perlu ditanamkan pada anak melalui penyesuaian dan pemberian tauladan oleh orangtua, sehingga akan mempengaruhi pembentukan abjad (kepribadian) anak. Orangtua yaitu pendidik terpenting dalam memilih bagaimana anak tumbuh dan berkembang, meskipun mereka paling sering tidak disiapkan sebagai pendidik. Karenanya kita harus bersiap untuk menjadi orangtua, biar bisa menjalankan peranans ebagai pendidik (Anies Baswedan, 2015).
Sebagai pendidik dalam keluarga, orangtua harus mengetahui dan memahami dikkel yang akan diterapkan pada anaknya. Kenyataannya belumsemua orangtua mengetahui bagaimana pola mendidik anak yang baik, sehingga tidak heran jika hingga dikala ini masih terjadi kasus-kasus sikap negatif orangtua terhadap anaknya, ibarat kekerasan pada anak. Berdasarkan hasil pemantauan Komisi Perlindungan Anak Indonesia pada tahun 2011 hingga dengan 2014 telah terjadi peningkatan kekerasan pada anak yang signifikan.
Fenomena kekerasan ini meningkat setiap tahunnya, hingga bulan April 2015 telah tercatat 6.006 kasus (KPAI),diantaranya sebanyak 3.160 kasus merupakan kekerasan terhadap anak yang terkait dengan pengasuhan dan 1.764 kasus terkait dengan pendidikan. Peningkatan jumlah kekerasan pada anak setiap tahun ini juga diperkuat oleh data dari Komnas Perlindungan Anak pada tahun 2011-2014 mengenai jumlah kekerasan seksual dan kekerasan lainnya (lihat tabel 2). Kekerasan dalam bentuk lainnya berupa pembuangan, penelantaran, penculikan, perdagangan dan eksploitasi anak. Eksploitasi anak yang terlihat dari jumlah anak bekerja ternyata masih relatif tinggi jua. Berdasarkan hasil Sakernas-BPS pada Agustus tahun 2014, memperlihatkan sebesar 2,7 juta (7,06 persen) anak Indonesia berumur 10-17 tahun yang bekerja.
Pelaku kekerasan ini berdasarkan hasil monev Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2012 justru lebih banyak berasal dari kalangan yang terdekat dengan anak yakni keluarga dan sekolah. Artinya anak rentan menjadi korban kekerasan di lingkungan rumah dan sekolah, lingkungan yang cukup dekat mengenal belum dewasa tersebut. Berdasarkan hasil monev tersebut, ditemukan 91 persen anak menjadi korban kekerasan dilingkungan keluarga, 87.6 persen menjadi korban di lingkungan sekolah dan 17.9 persen di lingkungan masyarakat.
Pola asuh orangtua yang kurang baik ini, sanggup pula mengakibatkan sikap negatif di kalangan siswa. Menurut KPAI, berdasarkan pengaduan masyarakat, kasus bullying sebagai bentuk kekerasan di sekolah menduduki peringkat teratas. Dari 2011 hingga Agustus 2014, KPAI mencatat 369 pengaduan terkait dengan dilema bullying atau sekitar 25 persen dari total pengaduan di bidang pendidikan (sebanyak 1.480 kasus).
Kasus lainnya yang terkait dengan abjad siswa dalam pembelajaran misalnya yaitu sikap menyontek. Berdasarkan survei online atas pelaksanaan ujian nasional (UN) tahun 2004-2013, 75 persen siswayang mengikuti UN antara tahun 2004-2013 mengaku pernah menyaksikan kecurangan dalam UN. Jenis kecurangan terbanyak yang diakui yaitu menyontek massal lewat pesan singkat (sms), grup chat, kertas contekan, atau kode bahasa tubuh. Hal ini menimbulkan anak yang jujur justru dimusuhi dan tidak mendapat sobat (Anonim, 2013).
Anak merupakan aset bagi masa depan dan generasi penerus impian bangsa, sehingga negara berkewajiban memenuhi hak setiap anak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta mendapat proteksi dari tindak kekerasan dan diskriminasi. Namun kondisi dengan masih adanya kasus/perlakuan negatif terhadap anak dari lingkungan terdekatnya, memperlihatkan indikasi tanda-tanda memudarnya abjad bangsa, sehingga diharapkan upaya pembentukan abjad anak melalui pendidikan. Mengingat pendidikan dimaknai sebagai proses pembelajaran sepanjang hayat dan menjadi hakikat revolusi mental yang bertumpu pada pembangunan insan berkarakter kuat sesuai dengan aktivitas prioritas pembangunan (nawacita 8). Untuk itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Rencana Strategis 2015-2019 telah mengupayakan peningkatan mutu pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan abjad (Renstra Kemdikbud, 65-56).
Hal inilah yang menjadi salah satu pertimbangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) membentuk direktorat gres yakni Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga (Dit. Bindikkel) berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 11 Tahun 2015. Dit. Bindikkel telah memperlihatkan layanan dikkel biar masyarakat Indonesia yang berusia cukup umur (khususnya yang sudah menjadi orangtua) mengetahui dan memahami perihal cara mendidik anak semenjak janin hingga tumbuh dewasa. Menurut Ella Yulaelawati (2015), Kemdikbud menargetkan hingga tahun 2019, jumlah penduduk cukup umur yang akan mendapat layanan dikkel sanggup mencapai 4.343.500 orang.
Dengan demikian, tujuan dibentuknya Dit. Bindikkel yaitu untuk mengurusi hal-hal yang terkait dengan pendidikan orangtua biar sanggup mengasuh dan mendidik anak mereka secara lebih baik. Dalam Road Map Dit. Bindikkel dinyatakan, bahwa pendidikan keluarga merupakan pendidikan bagi tumbuh kembangnya abjad dan budaya prestasi anak dengan mengedepankan pesan-pesan positif. Dit. Bindikkel bermaksud untuk membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan abjad dan budaya prestasi penerima didik dengan melibatkan orangtua secara terus menerus melalui satuan pendidikan sebagai pintu masuk. Mengingat masih ditemukan masih minimnya interaksi aktif antara orangtua dengan sekolah yang terindikasi dari kondisi (Kompas, 2015): (i) orangtua siswakurang mengetahui pola pembelajaran yang diterapkan di sekolah (74 persen); (ii) orangtua belum terbiasa menanyakan perkembangan sekolah pada anaknya (85 persen). Padahal sekolah sebagai penyedia layanan membutuhkan kerjasama dan dukungan dari orangtua guna melahirkan penerima didik (anak) yang berkualitas.
Pentingnya pembentukan abjad bagi anak melalui pendidikan keluarga dan guna mengetahui sejauhmana perkembangan pelaksanaan aktivitas pendidikan keluarga pada satuan pendidikan, maka Pusat Kebijakan Pendidikan dan Kebudayaan telah melaksanakan suatu kajian awal melalui kerjasa sama dengan pihak Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluargadan Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan pada tahun 2016. Dikatakan sebagai kajian awal mengingat kajian ini dilakukan sesudah enam bulan disosialisasikannya aktivitas pendidikan keluarga melalui bimbingan teknis (bintek) pendidikan keluarga.
B. Tujuan Pengkajian
Kajian ini merupakan studi pendahuluan (awal) yang dimaksudkan untukmemberikan saran kebijakan dalam pelaksanaan pendidikan keluarga (dikkel) di satuan pendidikan. Dalam upaya memperlihatkan masukan (saran) tersebut, kajian awal ini bermaksud memperoleh isu terkait dengan enam hal berikut.
- Kondisi penerapan pendidikan keluarga sebelum dikenalkannya aktivitas Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan.
- Kesesuaian aktivitas Pendidikan Keluarga dengan karakteristik satuan pendidikan.
- Kondisi pelaksanaan aktivitas Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan.
- Kemitraan satuan pendidikan dengan pihak lain dalam melaksanakan aktivitas Pendidikan Keluarga.
- Kebutuhan dalam menerapkan pendidikan keluarga.
- Tantangan, kendala dan faktor-faktor kuat dalam menerapkan pendidikan keluarga.
C. Ruang Lingkup
Pelaksanaan pendidikan keluarga (dikkel) yang dikaji dalam penelitian ini yaitu aktivitas dikkel yang dilaksanakan di satuan pendidikan (baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal) dengan melibatkan orangtua dan organisasi kawan pendidikan keluarga (masyarakat). Pada setiap kabupaten/kota sampel hanya dipilih satujenis satuan pendidikan. Satuan pendidikan yang dipilih merupakan satuan pendidikan yang menjadi binaan aktivitas dikkel yang digulirkan oleh Dit. Bindikkel.
D. Hasil Yang Diharapkan
Produk simpulan yang akan dihasilkan yaitu tawaran kebijakan terkait dengan pelaksanaan Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan. Usulan kebijakan ini dipakai untuk perbaikan pelaksanaan aktivitas pada tahap selanjutnya.
E. Calon Pengguna
Pengguna produk pengetahuan dan kebijakan yang dihasilkan dari kajian ini, khususnya yaitu Direktorat Pendidikan Keluarga pada Ditjen PAUD dan Pendidian Non-Formal Kemdikbud, dan satuan pendidikan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada kepingan ini memaparkan beberapa konsep yang terkait dan dipakai dalam pelaksanaan pendidikan keluarga di satuan pendidikan. Konsep-konsep dasar yang berafiliasi dengan pendidikan keluargadalam kajian ini yaitu sebagai berikut.
A. Keluarga dan Pendidikan Keluarga
1. Konsep Keluarga
Keluarga yaitu sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall dan Logan, 1986). Terdapat lima fungsi keluarga dalam tatanan masyarakat berdasarkan Effendi (1998). Fungsi keluarga yang dimaksud sebagaimana berikut.
a. Fungsi Biologis, diantaranya yaitu untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, serta memelihara dan merawat anggota keluarga. dan memberi kesempatan untuk berekreasi.
b. Fungsi Psikologis, yaitu memperlihatkan kasih sayang dan rasa aman, memperlihatkan perhatian di antara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, memperlihatkan identitas keluarga, proteksi secara psikologis dan mengadakan relasi keluarga dengan keluarga lain atau masyarakat.
c. Fungsi Sosial Budaya yang dimaksud diantaranya yaitu membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laris sesuai dengan tingkat perkembangan anak, dan meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
d. Fungsi Ekonomi yaitu dengan mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, serta menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan tiba (pendidikan, jaminan hari tua).
e. Fungsi Pendidikan yaitu dengan menyekolahkan anak untuk memperlihatkan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk sikap anak sesuai dengan talenta dan minat yang dimilikinya, selanjutnya yaitu mempersiapkan anak untuk kehidupan cukup umur yang akan tiba dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, serta yang tidak kalah penting yaitu mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya(harus di isi/search?q=).
2. Konsep Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga yaitu pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang renta sebagai kiprah dan tanggung jawabnya mendidik anak dalam keluarga atau proses transformasi sikap dan sikap di dalam kelompok atau unit sosial terkecil di masyarakat. Tujuan pendidikan keluargadiantaranya yaitu memelihara dan melindungi anak sehingga sanggup tumbuh dan berkembang dengan baik.
Pelibatan orangtua dan kemitraaan satuan pendidikan dengan orangtua dalam menumbuh kembangkan prestasi maupun abjad anak juga telah diterapkan di negara-negara lain, ibarat di Jepang (melalui aktivitas Family Community dan Parent Advisory Committee) dan Amerika Serikat (berupa Parent Teacher Association). Praktik baik pendidikan abjad di negara Amerika Serikat dipilih sebagai perwakilan negara di luar wilayah Asia yang mempunyai multikultural dan menganut sistem liberal, sehingga budaya mereka dilandasi oleh ideologi/paham kebebasan. Sebaliknya dipilih negara Jepang sebagai salah satu negara di Asia yang masih menjunjung tinggi budaya lokal. Matriks berikut ini yaitu citra ringkas mengenai bentuk dan tujuan aktivitas dan jadinya dari ke dua negara tersebut.
Di Indonesia, Dit. Bindikkel telah melaksanakan aktivitas dikkel di satuan pendidikanpada trisemester simpulan tahun 2015 melaluipelibatan keluarga (orangtua) dan masyarakat.Program dikkel berperan dalam memberdayakan satuan pendidikan menjadi ekosistem pembelajaran yang aman melalui kemitraan dengan orangtua serta meningkatkan kesadaran orangtua, biar peduli dan terlibat dalam memajukan pendidikan belum dewasa mereka.Selain dengan orangtua, satuan pendidikan bekerjasama pula dengan masyarakat pegiat pendidikan dalam membentuk abjad dan budaya prestasi penerima didik, sehingga tercapai keharmonisan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sasaran yang ingin dicapai dari serangkaian aktivitas ini yaitu untuk meningkatkan susukan dan mutu layanan dikkel bagi penduduk Indonesia melalui satuan pendidikan.
B. Penumbuhan Karakter Dan Budaya Prestasi
1. Penumbuhan Karakter
Penumbuhan abjad yaitu segala upaya/program/kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan akhlak, akal pekerti yang mengacu pada nilai- nilai dan kebijakan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat yang meliputi abjad religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, dekat atau komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggungjawab.
2. Budaya Prestasi
Sedangkanbudaya prestasi yaitu tatanan nilai, kebiasaan, kesepakatan-kesepakatan yang direfleksikan dalam tingkah laris sehari-hari warga sekolah yang terkait dengan pencapaian prestasi akademik dan non akademik, baik prestasi sekolah sebagai institusi maupun prestasi individu penerima didik sesuai bakat, minat dan potensi mereka.
C. Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan
Dalam kaitannya dengan kajian ini ada baiknya pula dipaparkan beberapa hasil penelitian terkait yang mendukung bagaimana pentingnya pendidikan abjad dan budaya prestasi ditanamkan bagi anak sebagai berikut.
- Beberapa hasil penelitian perihal “Analisis Kebijakan Pendidikan Keluarga Dalam Memantapkan Perilaku Moral Anak di Kabupaten Aceh Tengah”menunjukkan: (i) belum adanya satupun kebijakan pemerintah yang ditetapkan ke dalam peraturan pemerintah kawasan untuk pendidikan moral anak, (ii) aktivitas pendidikan keluarga masih banyak yang dijalankan berdasarkan pengalaman orangtua secara turun temurun; (iii) kendala pelaksanaaan pendidikan keluarga di Aceh Tengah yaitu tidak meratamya pendidikan orangtua, ekonomi lemah, sehingga perkembangan anak diserahkan kepada forum pendidik (Wen Yusri Rahman dkk, 2015).
- Diantara simpulan hasil penelitian “Pendidikan Karakter Dalam Lingkungan Keluarga” adalah: (i) pandangan keluarga terhadap pendidikan abjad dalam perkembangan anak dipengaruhi oleh harapan orangtua pada anaknya, (ii) orangtua mendidik abjad pada anak melalui pengasuhan yang baik, mencontohkan sikap dan pembiasaan, (iii) orangtua mendidik nilai-nilai baik pada anak-anaknya melalui nasihat, pemberian rujukan dengan sikap dan sikap serta penyesuaian (Fita Sukiyani dan Zamroni, 2014).
- Penelitian perihal “Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Motivasi Belajar terhadap Presatsi Belajar Siswa Sekolah Menengan Atas Negeri Jumapolo” menghasilkan temuan penelitiansebagai berikut: (i) terdapat imbas yang signifikan perhatian orang renta terhadap prestasi berguru siswa Sekolah Menengan Atas Negeri Jumapolo, (ii) terdapat imbas yang signifikan motivasi berguru terhadap prestasi berguru siswa Sekolah Menengan Atas Negeri Jumapolo, (iii) Terdapat imbas perhatian orang renta dan motivasi berguru terhadap prestasi berguru Siswa Sekolah Menengan Atas Negeri Jumapolo (Siska Eko Mawarsih, 2013).
- Penelitian perihal “Hasil implementasi pendidikan abjad di Amerika Serikat: meta-analisis studi” menyimpulkan: (i) pendidikan abjad di Amerika Serikat telah dikembangkan dengan serius dan komprehensif dari tingkat nasional hingga tingkat sekolah. Hal itu didasarkan atas hasil survei bahwa 90% responden membutuhkan pendidikan abjad dan menyatakan pendidikan abjad perlu dikembangkan di sekolah; (ii) Pemerintah sentra dan kawasan serta orangtua telah memberi dukungan terhadap pendidikan abjad di sekolah yang meliputi dukungan dana dan kebijakan sentra dan daerah; (iii) Perubahan abjad yang diperoleh dari penerapan pendidikan abjad di sekolah antara lain sanggup dilihat pada: (a) Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku; (b) Penurunan tindakan yang tidak disiplin dan menurunnnya eksekusi di kalangan siswa, (c)Meningkatnya prestasi akademik siswa (Slamet Suyanto, 2011).
- Berdasarkan temuan dalam penelitian “Pengaruh lingkungan keluarga terhadap prestasi berguru siswa kelas x aktivitas keahlian teknik elektro SMKN 1 Magelang tahun pelajaran 2011/2012” memperlihatkan bahwa lingkungan keluarga kuat terhadap prestasi berguru siswa kelas X aktivitas keahlian Teknik Elektronika Sekolah Menengah kejuruan Negeri 1 Magelang yaitu, semakin mendukung lingkungan keluarga maka semakin tinggi pula prestasi berguru dan sebaliknya semakin tidak mendukung lingkungan keluarga maka semakin rendah pula prestasi berguru (Mizan Ibnu Khajar, 2012).
D. Program Pendidikan Keluarga Di Indonesia
Realisasi aktivitas pendidikan keluarga melalui satuan pendidikan telah dilakukan oleh Kemdikbud melalui program-program yang diluncurkan oleh Dit. Bindikkel. Direktorat ini telah merintis aktivitas tersebut di 5.000 satuan pendidikan pada 34 provinsi, 100 kabupaten/kota serta 300 kecamatan sebagai sasaran sasaran. Sasarannya mulai dari jenjang PAUD, SD, Sekolah Menengah Pertama hingga SMA/SMK, PKBM, SKB, dan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) dengan rincian sebanyak 900 forum PAUD, 1.500 Sekolah Dasar, 1.200 SMP, 400 SMA, dan sebanyak 300 SMK, serta 600 buah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) serta LKP sebanyak 100 buah.Diantara 5.000 satuan pendidikan sasaran aktivitas pendidikan keluarga ini terdapat 600 satuan pendidikan yang merupakan percontohan dan telah mendapat bimbingan teknis (bintek) kepala sekolah selama 3 hari, tunjangan desktop dan kamera guna mendukung aktivitas maupun tunjangan dana dalam merealisasikan aktivitas dikkel.
Lebih jauh, Dit. Bindikkel berharap melalui aktivitas tersebut akan sanggup meningkatkan kepedulian, keterlibatan dan kesadaran orangtua/wali terhadap pentingnya pendidikan. Direktorat Bindikkel mempunyai misi untuk menjalin kemitraan antara keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat guna membangun ekosistem pendidikan yang menumbuhkan abjad dan budaya prestasi anak.
Dengan demikian, kajian ini didasari atas pemikiran adanya aktivitas dikkel di satuan pendidikan yang difokuskan pada penumbuhkembangan abjad dan budaya prestasi anak (peserta didik) melalui pelibatan orangtua. Bentuk pelibatan orang renta yang dimaksud antara lain melalui: (i) pertemuan orangtua pada hari pertama masuk sekolah; (ii) menjadi inspirator bagi penerima didik dengan hadir sebagai narasumber; (iii) pentas kelas pada simpulan tahun fatwa yang dihadiri orangtua, guru, dan masyarakat. Program dikkel ini juga dilaksanakan melalui kemitraan antara warga sekolah/satuan pendidikan dan masyarakat sekitar. Sosialisasi aktivitas dikkel ini dilakukan melalui bimbingan teknis (bintek) kepada kepala satuan pendidikan biar dapatmenularkannya kepada pendidik di satuan pendidikannya. Penyampaian isu aktivitas ini selanjutnya disampaikan pendidik/kepala satuan pendidikan kepada orangtua penerima didik guna memperbaiki abjad anak dan membiasakan budaya prestasi pada anak biar menjadi lebih baik lagi.
Hasil bintek dikkel yang diikuti kepala satuan pendidikan (SP) akan diteruskan oleh kepala SP kepada warga sekolah (pendidik dan tenaga kependidikan, penerima didik), biar terwujud perubahan sikap warga sekolah. Dalam upaya meningkatkan efektifitas program, oleh kepala satuan pendidikan atau pendidik, hasil bintek juga disampaikan kepada orangtua, biar orangtua sanggup mempunyai mind set yang hampir sama dalam melaksanakan pendidikan keluarga. Intinya, hasil bintek dikkel ditularkan kepala satuan pendidikan biar dikkel yang diterapkan di satuan pendidikan sanggup selaras dengan nilai-nilai dikkel yang dilaksanakan oleh orangtua (keluarga) terhadap belum dewasa mereka.
Download Buku Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan
Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Buku Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:Buku Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan
Download File:
Download Buku Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan.pdf
Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Buku Pendidikan Keluarga di Satuan Pendidikan. Semoga bisa bermanfaat.
Advertisement