Berikut ini yakni berkas Juknis Strategi Pembelajaran di RA (Raudhatul Athfal) 2019 - SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor 2765. Download file format PDF.    
 
       
  Download Juknis Strategi Pembelajaran di RA 2019 - SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor 2765 Tahun 2019
 Selengkapnya mengenai susunan dan isi berkas Juknis Strategi Pembelajaran di RA 2019 SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor 2765 Tahun 2019 ini silahkan lihat dan unduh pada link di bawah ini:       
 
                          
       
 Juknis Strategi Pembelajaran di RA 2019
Download File:
Download Juknis Strategi Pembelajaran di RA 2019 - SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor 2765 Tahun 2019.pdf
Juknis Strategi Pembelajaran di RA 2019 - SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor 2765 Tahun 2019
 Berikut ini kutipan teks/keterangan dari isi berkas Juknis Strategi Pembelajaran di RA 2019 - SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor 2765 Tahun 2019:
  KEPUTUSAN  DIREKTUR  JENDERAL  PENDIDIKAN  ISLAM NOMOR  2765 TAHUN  2019
  TENTANG
  PETUNJUK TEKNIS  STRATEGI  PEMBELAJARAN
  DI RAUDHATUL ATHFAL
  DENGAN  RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
  DIREKTUR  JENDERAL PENDIDIKAN  ISLAM,
  Menimbang:
  a. bahwa untuk mewujudkan pengalaman berguru anak yang bermutu pada Raudlatul Athfal diharapkan pedoman Strategi Pembelajaran di Raudhatul Athfal;
  b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu memutuskan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam ihwal Petunjuk Teknis Strategi Pembelajaran di Raudhatul Athfal;
  Mengingat:
 - Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 ihwal Perlindungan Anak sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 ihwal Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 ihwal Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 5606);
 - Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 ihwal Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
 - Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ihwal Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 ihwal Perubahan Kedua Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 ihwal Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670);
 - Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 ten tang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 ihwal Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 ihwal Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5157);
 - Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2013 ihwal Pengembangan Anak Usia Dini Holistik-lntegratif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 146);
 - Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 ihwal Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa;
 - Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 66 Tahun 2016 ihwal Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 Ten tang Penyelenggaraan Pendidikan Madrasah;
 - Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 ihwal Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini;
 - Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 146 Tahun 2014 ihwal Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini;
 - Peraturan Menteri Agama Nomor 42 Tahun 2016 ihwal Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama;
 - Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 792 Tahun 2018 ihwal Pedoman lmplementasi Kurikulum Raudhatul Athfal;
 
 MEMUTUSKAN:
  Menetapkan: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM TENTANG PETUNJUK TEKNIS STRATEGI PEMBELAJARAN DI RAUDHATUL ATHFAL.
  KESATU
  Menetapkan Petunjuk Teknis Strategi Pembelajaran di Raudhatul Athfal sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan kepingan tidak terpisahkan dari keputusan ini.
  KEDUA
  Petunjuk  Teknis  Teknis  Strategi  Pembelajaran  di Raudhatul  Athfal  sebagaimana  dimaksud  dalam DIKTUM KESATU sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran ditingkat satuan pendidikan Raudhatul Athfal.
  KETIGA
  Keputusan  ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
  Ditetapkan di Jakarta
  pada tanggal 17 Mei 2019
  LAMPIRAN  I
  KEPUTUSAN  DIREKTUR  JENDERAL PENDIDIKAN  ISLAM NOMOR      2765    TAHUN 2019
  TENTANG
  PETUNJUK    TEKNIS     STRATEGI     PEMBELAJARAN     DI RAUDHATUL ATHFAL
  BAB I PENDAHULUAN
  A. Latar Belakang
  Pendidikan  anak  usia  dini   yakni   salah  satu  bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan perkembangan fisik (koordinasi  motorik   halus  dan  kasar),   kecerdasan  (daya  pikir,  daya cipta,   emosi,  dan   spiritual),   sosio  emosional   (sikap   dan  perilaku), pendidikan agama,  bahasa  serta  komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
  Raudhatul Athfal  (RA)  sebagai  satuan  Pendidikan  Anak  Usia  Dini berbasis  Islam   di   bawah  training   Kementerian   Agama   mempunyai perbedaan dengan pendidikan anak usia dini  secara umum. RA menitikberatkan pada aspek perkembangan anak, transformasi dan internalisasi  nilai-nilai  spiritual  keislaman.  Standar  mutu  RA  terletak pada nilai-nilai  keagamaan yang menempel pada seluruh  komponen RA, antara lain pada pendidik, tenaga kependidikan, orangtua, maupun lingkungan yang kondusif.
  Keunikan   dan  tahap  perkembangan  anak  supaya  sanggup  tumbuh secara  optimal   dibutuhkan  taktik   pembelajaran   yang  kreatif  dan inovatif     dari     pendidik.     Peran     pendidik    dalam     pengembangan pembelajaran  RA  sangat menentukan  keberhasilan anak dalam memperoleh pengalaman belajar.  Oleh alasannya  itu taktik pembelajaran sangat dibutuhkan supaya  proses pembelajaran di  RA sanggup berkembang dengan   optimal   dan  efektif.   Pendidik   yang    profesional   diharapkan bisa menyusun  taktik pembelajaran yang   memenuhi kriteria  dan prinsip pendidikan anak usia dini,
  Berdasarkan   hal   tersebut  di   atas,   maka   Direktorat   Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI menerbitkan Petunjuk Teknis Strategi  Pembelajaran  RA.
  B. Tujuan
  Tujuan  Petunjuk  Teknis  Strategi  Pembelajaran  ini   sebagai  pedoman pendidik untuk  menentukan  dan  menerapkan  taktik  pembelajaran RA.
  C. Ruang  Lingkup
  Ruang    lingkup     yang   dibahas    dalam     Petunjuk     Teknis    Strategi Pembelajaran yaitu:
 - Konsep pembelajaran di RA
 - Prinsip Pembelajaran RA
 - Pendekatan pembelajaran RA
 - Strategi pembelajaran RA
 - Metode pembelajaran RA
 - Model pembelajaran RA
 
 D. Sasaran
  Sasaran    dari    Petunjuk   Teknis   Strategi    Pembelajaran   RA   yakni pengelola, pelaksana, penyelenggara, dan pemangku kepentingan penyelenggaraan RA.
  BAB II KONSEP PEMBELAJARAN  RA
  A. Konsep Pembelajaran  RA
  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003  ihwal Sistem Pendidikan Nasional   menyatakan   bahwa  pendidikan   yakni   perjuangan  sadar   dan terpola    untuk     mewujudkan      suasana     berguru     dan     proses pembelajaran  supaya akseptor  didik   secara  aktif membuatkan potensi dirinya  untuk  mempunyai  kekuatan  spiritual  keagamaan,  pengendalian diri kepribadian, kecerdasan sopan santun mulia, serta keterampilan yang diharapkan dirinya,  masyarakat,  bangsa dan negara.
  Berdasarkan konsep tersebut, maka sedikitnya ada empat hal yang perlu  dicermati lebih  lanjut, yaitu:
 - Pendidikan yakni perjuangan sadar yang terencana, berarti proses pendidikan di RA bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal, tetapi proses yang bertujuan sehingga segala acara berguru yang dilakukan pendidik dan anak diarahkan pada pencapaian tujuan.
 - Proses pendekatan yang terpola diarahkan untuk mewujudkan suasana berguru dan proses pembelajaran yang bermakna bagi anak.
 - Suasana pembelajaran diarahkan supaya anak sanggup membuatkan potensi dirinya, hal ini berarti proses pendidikan harus berorientasi pada pembelajaran berpusat pada anak.
 - Akhir dari proses pembelajaran yakni kemampuan anak untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan sopan santun mulia, keterampilan sosialisasi dengan masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian proses pendidikan berujung pada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, dan pengembangan keterampilan.
 
 Pembelajaran   merupakan   proses  interaksi   akseptor  didik   dengan pendidik dan  sumber  berguru  pada  suatu  lingkungan  belajar. Pembelajaran menghasilkan perubahan sikap sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
  Berdasarkan  hal  tersebut  di  atas,  pembelajaran  di  RA dikembangkan   dengan   mempertimbangkan    beberapa    hal    sebagai berikut:
  1. Aspek perkembangan anak.
  Pembelajaran  pada  RA  wajib  memperhatikan  aspek perkembangan anak.   Kehidupan   bermain   dan  fase-fase  perkembangan  fisik   dan psikis  pada anak harus menjadi orientasi  aktifitas  pembelajaran.
  2. Ciri khas karakter Islami.
  Pembelajaran  di  RA  harus  diwarnai dengan nilai-nilai  pemikiran  Islam. Karakter  Islami  dibuat melalui proses pembiasaan,  pembudayaan dan  pemberdayaan nilai-nilai  Islam  dalam  pembelajaran.  Nilai-nilai agama islam  harus mendasari  cara  berfikir,  bersikap dan bertindak para pendidik.  Hubungan  pendidik dengan anak dibangun atas dasar mahabbah fillah   (rasa   kasih-sayang   alasannya   Allah   Swt.),    bukan kekerabatan transaksional-materealistik. Dengan demikian, aktifitas pembelajaran merupakan ibadah yang tidak terpisah dengan ikhtiyar duniawi.
  3. Kecakapan  era 21  dalam  Pembelajaran.
  Pembelajaran  era 21  pada RA meletakkan dasar-dasar  kompetensi yang  diharapkan   untuk  menghadapi tantangan  global.  Kompetensi tersebut yaitu  berpikir kritis,  kreatif,  kolaboratif,  dan komunikatif. Dasar  kompetensi  berpikir  kritis  pada anak RA dilatih  melalui  berguru mandiri,        menuntaskan        masalah,      menghadapi      kesulitan, menumbuhkan  budaya  bertanya,   keberanian  mengungkapkan  ide, dan  membangkitkan  rasa   mgm    tahu   dalam  pembelajaran   yang dikondisikan oleh pendidik.
  Dasar     kompetensi    kreatif     anak    RA     dibangun    berdasarkan penghargaan yang diberikan oleh pendidik sehingga anak bisa menampilkan kemampuan  yang lebih  baik.  Selain itu,  sikap terbuka dan  responsif dari  pendidik  terhadap  pendapat  yang berbeda-beda melatih  anak mencari  alternatif dan gagasan baru.
  Dasar  keterampilan berkolaborasi anak  RA dilatih  dalam berternan, kerjasama  kelompok, kepemimpinan,  mengikuti keadaan  dalam  aktifitas  di aneka macam lingkungan belajar,  budaya tertib dan antri,  dan lain-lain. Dasar    keterampilan   komunikasi   anak   RA   dilatih    dalam   aspek pengembangan bahasa  melalui bercerita,  tanya jawab,  berdialog  dan aktifitas  literasi lainnya.
  B.  Prinsip Pembelajaran  RA
  Proses    pembelajaran    pada   RA   hendaknya   menganut   prmsrp pembelajaran   yang  bisa  membuatkan  karakter   Islarni   sesuai dengan perkembangan  anak usia dini melalui  bermain.  Terdapat tujuh (7) prinsip pembelajaran yang harus diperhatikan terutama ketika merencanakan, melaksanakan  maupun  mengevaluasi  pembelajaran  di RA, sebagai berikut:
  1. Prinsip  Motivasi
  Motivasi berkaitan erat dengan kebutuhan. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang  dianut.  Keyakinan bahwa insan sanggup  mengubah  dirinya  akan  memotivasi  dan  mengubah  tingkah laris manusia.  Sebagaimana firman Allah  SWT dalam Al-Quran  surat Ar-Ra'du  ayat 11:
  Artinya:  "Sesungguhnya Allah  tidak mengubah keadaan suatu   kaum sehingga mereka mengubah keadaannya sendiri".
  Pendidik   RA   diharapkan   bisa  menumbuhkan   ekspektasi tinggi   dan  keyakinan  bahwa  anak  sanggup  mencapai   harapannya. Dengan  demikian maka  dalam  diri  anak  akan  termotivasi  belajar, dan  beraktifitas dengan sungguh-sungguh.
  Di samping itu pendidik RA diharapkan bisa membuat suasana yang mendorong semangat  belajar,  minat,  kreatifitas,  dan kemandirian anak sesuai dengan karakteristik, potensi, tingkat perkembangan dan kebutuhannya.
  2. Prinsip Pengulangan
  Prinsip    berguru    yang   menekankan    perlunya    pengulangan berkaitan dengan psikologi daya mengamati, menanggap, mengingat, merasakan,  berpikir,  dan  sebagainya.   Dengan  pengulangan  maka daya-daya tersebut akan berkembang.
  Dalam   Al-Quran    terdapat   sebuah   ayat   yang     menjelaskan pentingnya   metode "pengulangan", yaitu dalam Al-Quran  Surat Al- Isra' ayat 41:
  Artinya:  "Al-Quran ini kami  telah  ulang-ulangi (peringatan-peringatan) supaya  mereka selalu  ingat.  Dan  ulangan peringatan itu  tidak lain hanyalah menambah mereka Zari (dari kebenaran)".
  Dan pada Surat Ar-Rahman  ayat 13:
  Artinya:    "Maka   nikmat  Tuhan.   kau    yang    manakah  yang    kau dustakan?"
  Pada ayat  ini  terjadi  pengulangan  banyak  sekali,  hal  tersebut menawarkan petunjuk bahwa pembelajaran perlu ada  proses pengulangan.
  Metode   Qurani  berupa  pengulangan ini  sangat bermanfaat jikalau diterapkan   dalam   pembelajaran,   yaitu   pengembangan   nilai-nilai karakter (akhlak)  pada anak.  Akhlak  terbentuk melalui  pengajaran (ta'lim),  keteladanan  (uswah),  pembiasaan  serta pemberian motivasi (targhib) dan penegakan hukum secara sempurna (tarhib).
  3. Prinsip Perhatian
  Al-Quran   mengisyaratkan   pentingnya   perhatian   dalam memahami dan berguru  sebagaimana dalam firman  Allah  SWT pada Al-Quran Surat Al-A'raf ayat 204:
  Artinya:  "Dan  apabila dibacakan Al-Quran,  maka  dengarkanlah baik- baik; dan perhatikanlah dengan damai  supaya kau  mendapat rahmat."
  Prinsip  mengambil  perhatian   iru    diimplementasikan  dalam pembelajaran, melalui metode  cerita,  kisah,  nasihat,  pelajaran,  dan permintaan kepada tauhid yang   terkandung di  dalam Al-Quran  menjacti faktor penting dalam membangkitkan  perhatian anak.
  4. Prinsip  Partisipasi Aktif
  Pendidik harus   membuat  suasana  yang   mendorong  anak aktif   mencan,   menemukan,   menentukan   pilihan,   berani mengemukakan pendapat,  dan melaksanakan sendiri.
  Implementasi pembelajaran  partisipasi  aktif sanggup dilakukan antara lain:
  a.   Pelibatan   secara  aktif  kepada  anak  dalam  setiap   kegiatan   dan permainan.
  b.  Latihan  praktik dengan menugaskan anak untuk  melaksanakan bermacam-macam ibadah, contohnya praktik/latihan wudhu, melaksanakan shalat,  dan lain-lain;
  c. Pembiasaan dalam kebersihan, keteraturan,  kesabaran, dan ketekunan,  menyerupai latihan puasa yang mengajarkan orang-orang muslim taat dan sabar dalam menghadapi kesulitan.
  5. Prinsip  Pentahapan
  Kegiatan  pembelajaran  RA dilakukan  dengan mengikuti  proses tahap demi  tahap, dari ha! yang gampang ke yang  sulit, dari hal yang kongkrit  ke  abstrak,  dan dari ha!  yang bersahabat dengan anak ke  yang jauh,  dan dari ha! yang sederhana  ke  yang   kompleks.  Firman Allah SWT dalam Al-Quran  surat Al-Isra, ayat  106:
  Artinya:  "Dan Al-Quran  itu  telah Kami   turunkan  dengan  berangsur- angsur supaya  kau membacakannya perlahan-lahan kepada insan dan  Kami  menurunkannya kepingan  demi  bagian".
  6. Prinsip  Perubahan  Perilaku
  Pembelajaran   RA  mengarusutamakan   pada  mempertahankan fitrah  kebaikan  pada  anak  dan   mengubah  sopan santun  jelek  menjadi lebih  baik.  Upaya  ini  dilakukan  melalui  pencucian  sopan santun yang jelek (takhliyah)  dan menghiasi dengan sopan santun yang  mulia (tahliya). Hal  ini  sanggup dilakukan oleh  pendidik  dengan  mendampingi   anak, menawarkan penguatan untuk setiap sikap  baik dan konsekuensi untuk setiap sikap buruk.
  Al-Quran  menganjurkan  adanya  perubahan,  menyerupai pada  surat Al-Anfal ayat 53:
  Artinya:   "(Siksaan) yanq   demikian  itu yakni  alasannya sesungguhnya Allah  sekali-kali tidak akan mengubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya  kepada  suatu  kaum,  hingga  kaum itu  mengubah apa-apa uang   ada  pada diri  mereka sendiri, dan  sesungguhnya Allah Maha Mendengar laqi Maha Mengetahui."
  7. Belajar Melalui Bermain
  Bermain berfungsi sebagai pelepasan energi, rekreasi, dan emosi sehingga  anak   merasa   nyaman  dan   gembira.   Dengan   demikian kegiatan   berguru  melalui  bermain  sangat  memungkinkan   terserap secara optimal sasaran berguru yang diharapkan.
  Pendidik RA membimbing anak dalam permainan aktif dan pasif, serta   permainan   indoor   maupun   outdoor.    Pendidik   RA   harus membuat suasana berguru yang  menyenangkan dengan metode Bermain,  Cerita  dan   Menyanyi  (BCM)  maupun penggunaan taktik lainnya dengan mengusung nilai-nilai pendidikan dan sopan santun Islami.
  BAB III PENDEKATAN,  STRATEGI  DAN METODE PEMBELAJARAN  RA
  A.   Pendekatan  Pembelajaran  RA
  Terdapat   beberapa   istilah   yang   perlu    diketahui    oleh   setiap pendidik,  khususnya para pendidik RA ihwal pengertian pendekatan, strategi,  metode,  teknik,  dan model pembelajaran  sebagai  berikut:
 - Pendekatan Pembelajaran, sanggup diartikan sebagai sudut pandang ihwal proses pembelajaran yang masih bersifat umum. Di dalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.
 - Strategi Pembelajaran, merupakan serangkaian planning pengelolaan pembelajaran yang berisi kegiatan yang dilakukan pendidik dan anak, termasuk di dalamnya penggunaan metode dan pemanfaatan sumber/media berguru untuk mencapai tujuan belajar.
 - Metode Pembelajaran, yaitu cara yang ditempuh untuk mengimplementasikan planning yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan simpel guna mencapai tujuan pembelajaran.
 - Teknik Pembelajaran, merupakan suatu cara yang dilakukan pendidik dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Ketika pendidik menerapkan teknik pembelajaran, maka di dalamnya tercakup juga pola dan gaya mengajar. Seperti teknik bertanya, teknik memberi penguatan, teknik merespon jawaban anak, dan seterusnya.
 - Model Pembelajaran, yaitu suatu desain atau rancangan yang menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran sehingga terjadi perubahan pada diri anak.
 
 Pendekatan  pembelajaran  yang   digunakan  dalam  pengembangan Kurikulum  RA yakni sebagai berikut:
  1.   Pendekatan  Pembelajaran yang Islami,  meliputi:
  a.   Pendekatan Akal  (ma'rifi)
  Akal  dijadikan  alat  untuk  menandakan suatu  kebenaran. Dalam Al-Quran  Surat Al-Maidah ayat 58 Allah  SWT berfirman:
  Artinya:  "Dan  apabila  kau  menyeru  (mereka)  untuk (mengerjakan)    sembahyang,     mereka    menjadikannya buah ejekan dan  permainan,  yang demikian  itu  yakni alasannya mereka benar-benar kaum yang tidak mau mempergunakan akal".
  Secara  umum, perkembangan  nilai  keagamaan   pada  anak identik dengan pemahamannya akan keberadaan Allah Swt. Pendidik  RA  diharapkan  sanggup  memahami dan   menyesuaikan metode pengajaran untuk mengenalkan  anak dengan Allah  Swt melalui   pemanfaatan   potensi  kecerdikan   serta  menggunakan  alam sekitar sebagai media pembelajarannya.
  b.   Pendekatan Perasaan  (wijdaniy)
  Pendekatan perasaan ini seringkali digunakan supaya bisa meyakini, memahami, dan menghayati pemikiran agama Islam yang dianutnya.  Hal  ini  sanggup  dilihat di  dalam  Al-Quran  Surat  Al- Anfal ayat 2,
  Artinya:   "Sesungguhnya   orang-orang  yang   beriman   yakni mereka   yang   apabila   disebut    nama   Allah   gemetar hatinya, dan  apabila dibacakan ayat-ayat Nya  kepada mereka,  bertambah  (kuat)  imannya  dan  hanya  kepada tuhan mereka bertawakal".
  Pendekatan ini sejalan dengan potensi fitrah pada diri anak yang   cenderung   pada   kebaikan,   ketulusan,    kasih   sayang, maupun   keimanan   kepada   Allah    Swt    SangPencipta    alam semesta.  Pendidik  RA  diharapkan  sanggup  mengutamakan pendekatan  rasa kasih sayang dalam menyikapi sikap anak. Dengan demikian, anak terbiasa merespon menyerupai yang pendidik lakukan   sehingga  pada   kesannya   sikap   kasih   sayang   dan kepekaan pada anak menjadi terasah.
  c.    Pendekatan induksi  (istiqra'z)
  Pendekatan      Induksi      merupakan     pendekatan     yang dilakukan dari hal-hal atau insiden yang khusus untuk menentukan prinsip,  aturan, dan fakta yang bersifat umum.
  Langkah-langkah  pendekatan induktif yaitu:
  1)   Memilih  dan menentukan  kepingan  dari pengetahuan  pokok bahasan yang akan diajarkan;
  2)  Menyajikan   contoh-contoh   spesifik  dari  konsep,  prmsip atau  hukum  umum  itu   sehingga  memungkinkan   akseptor didik menyusun hipotesis;
  3)   Menyajikan  bukti-bukti dalam  bentuk contoh; dan
  4)   Menyusun  pernyataan ihwal kesimpulan.
  Sebagai salah satu cara melatih anak berpikir logis, pembelajaran di RA perlu menggunakan pendekatan induksi. Pendekatan induksi sanggup dilakukan dengan cara pendidik mengkondisikan  anak   untuk   melaksanakan   identifikasi   benda- benda di  sekitarnya  untuk  kemudian mengklasifikasikan berdasarkan kriteria  tertentu.
  d.    Pendekatan deduksi (istidlali)
  Pendekatan  deduktif merupakan  pemberian  klarifikasi ihwal  prinsip-prinsip  isi   materi/tema,   kemudian   dijelaskan dalam  bentuk   penerapannya  atau   contoh-contohnya   dalam situasi tertentu.
  Langkah-langkah yang sanggup digunakan dalam pendekatan deduktif dalam  pembelajaran  RA adalah:
  1)   Pendidik   menentukan   konsep,   prinsip,    hukum   yang   akan disajikan dengan pendekatan deduktif;
  2)   Pendidik  menyajikan  aturan,  prinsip  yang  berifat  umum, lengkap  dengan definisi dan contoh;
  3)    Pendidik   menyajikan   contoh-contoh  khusus   supaya   akseptor didik sanggup  menyusun  kekerabatan  antara  khusus  dengan hukum prinsip umum;
  4)  Pendidik menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus.
  e.    Pendekatan Individu (Ifrady)
  Pendekatan  Individu  yakni  pendekatan  yang  dilakukan untuk  menawarkan   perhatian   kepada  akseptor  didik    dengan memperhatikan  masing-masing karakter yang   ada pada akseptor didik. Pendekatan  individual  ini  sanggup  dilihat di  dalam  Al-Quran Surat Al-Lail ayat 3-4,  dan Surat Al-Isra' ayat 21 sebagai berikut:
  Artinya:       "Dan      penciptaan     Zaki-Zaki      dan      perempuan, sesungguhnya perjuangan kau memang berbeda-beda".
  Artinya: "Perhatikan bagaimana kami  melebihkan sebagaian mereka atas  sebagaian yang lain"
  Dari ayat tersebut dijelaskan  bahwa sikap dan   karakter setiap anak berbeda dan masing-masing mempunyai kelebihan atas yang  lain.  Bagi seorang pendidik RA hendaknya memahami dan menyadari  perbedaan  tersebut  sehingga bisa berbuat  yang terbaik untuk mereka.
  f.     Pendekatan kelompok (ijtima'z)
  Pendekatan  ini  melihat anak  sebagai  makhluk  sosial yang memerlukan  bimbingan dalam bersosialiasi dengan orang-orang di  sekelilingnya.   Pendidik  RA sanggup  mengelompokkan anak  ke dalam beberapa  kelompok dengan aneka macam  pertimbangan individual sehingga tercipta kondisi kelas yang berangasan dalam belajar.  Sebagaimana yang dijelaskan dalam Al-Quran Surat Al- Maidah ayat 2:
  Artinya:    "Bertolong-tolonglah   kalian   dalam   kebaikan    dan takwa,   dan  jangan  bersama-sama  dalam  perbuatan dosa dan  pelanggaran,  dan  bertakwalah kau kepada Allah  SWT,  sesungguhnya Allah sangat berat  siksanya".
  2.  Pendekatan  Saintifik (Scientific Approach)
  a.   Pengertian  Pendekatan Saintifik RA
  Pendekatan saintifik yakni proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa supaya akseptor didik  membangun kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilannya melalui tahapan          mengamati,            menanya,            mengumpulkan informasi,  menalar dan mengkomunikasikan.
  Pendekatan  saintifik   merupakan  salah   satu  pendekatan dalam    membangun    cara    berpikir    supaya    anak    mempunyai kemampuan menalar yang diperoleh melalui  proses mengamati hingga    pada    rnengomunikasikan    hasil   pikirnya.    Hal    mi didasarkan  pada  pemikiran   Piaget  yang    menyampaikan  bahwa "Anak  berguru  dengan cara  membangun pengetahuannya  sendiri melalui  pengalaman yang   diperolehnya".  Vygotsky  beropini bahwa Lingkungan,  termasuk anak lain atau orang cukup umur dan media sangat membantu anak dalam berguru untuk memperkaya pengalaman anak.
  Pendekatan   saintifik   tidak   diartikan   sebagai   berguru   sain, tetapi menggunakan proses ilmiah dalam kegiatan belajar. Pendekatan   saintifik    sanggup   diimplementasikan   dalam    tiap lingkup perkembangan anak. Dalam pembelajaran saintifik diharapkan  tercipta  kondisi  pembelajaran  yang   memunculkan rasa ingin tahu, membangkitkan kemauan untuk menjawab  rasa ingin  tahu mencari tahu dari aneka macam sumber melalui observasi, mencoba, dan upaya lainnya. Pendekatan   saintifik    digunakan   pada  ketika  anak  terlibat dalam  kegiatan  utama baik  ketika pijakan  maupun kegiatan  inti. Proses mengumpulkan, mengolah informasi dan merupakan langkah mengomunikasikan yang  diketahuinya pengembangan berpikir kritis.
  b.  Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan  Saintifik
  Beberapa  tujuan  pembelajaran  dengan pendekatan  saintifik adalah:
  1)   Mendorong  anak  supaya  mempunyai  kemampuan  berpikir  kritis, analitis,  dan mempunyai kemampuan memecahkan masalah.
  2)   Memberikan    pengalaman    berguru    yang   lebih    bermakna kepada anak  dengan mendorong anak  melaksanakan  kegiatan mengamati,        menanya,          mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
  3)   Mendorong anak mencari tahu dari aneka macam sumber melalui observasi dan bukan hanya diberi tahu.
  4)  Agar anak mempunyai kemampuan  memecahkan problem   yang dihadapinya  melalui  penggunaan   metode  ilmiah,   sehingga anak  menjadi  terampil dan  terbantu  dalam  menuntaskan aneka macam hal yang  dihadapinya.
  5)  Agar anak mempunyai sikap ilmiah    mendasar,    menyerupai    tidak terburu-buru   dalam  mengambil keputusan,   sanggup melihat sesuatu  dari aneka macam sudut pandang,  berhati-hati terhadap informasi yang  diterimanya serta bersifat terbuka.
  6)  Agar anak lebih berminat dan   tertarik    untuk   menghayati sains yang   berada dan ditemukan  di  lingkungan  dan alam sekitarnya.  Pembelajaran  sains  untuk anak usia dini difokuskan  pada pembelajaran  mengenal  diri  sendiri,  alam sekitar,  tanda-tanda alam dan fenomena sosial.
  7)   Memfasilitasi  dan membuatkan sikap  ingin tahu,  tekun, terbuka,  kritis, mawas diri,  bertanggungjawab,  bekerjasama, dan  berdikari dalam kehidupannya.
  8)   Membantu      anak     supaya     bisa     menerapkan aneka macam konsep sains  untuk  menjelaskan   gejala-gejala   alam   dan memecahkan  problem dalam kehidupan sehari-hari.
  c.  Prinsip-Prinsip  Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
  Beberapa    prinsip   pendekatan   saintifik    dalam   kegiatan pembelajaran  RA yakni  sebagai  berikut:
  1)   Pendidik membimbing anak berguru dari kenyataan;
  2)  Mendorong anak untuk terlibat eksklusif dalam pengamatan;
  3)   Belajar dengan cara berbuat/melakukan aktifitas;
  4)  Belajar dilandasi perasaan senang;
  5)  Belajar   bersifat  menantang   untuk   mengasah  kemampuan berpikir anak;
  6)   Kegiatan  pembelajarannya tidak memisahkan dari kebutuhan bermain;
  7)   Pendidik senantiasa  mengarahkan pada kebesaran Allah  SWT dibalik fenomena alam dan sosial.
  d.  Langkah-Langkah   Umum  Pembelajaran   Berbasis   Pendekatan Saintifik
  Pembelajaran   saintifik   dilakukan   melalui  tahapan   sesuai denah dan klarifikasi  sebagai berikut:
  1) Mengamati (Observing)
  Tahap mengamati dilakukan dengan cara pendidik menyajikan fenomena sosial, alam, dan fenomena lainnya melalui  gambar,  video,   benda  nyata  dan  sebagainya untuk membangkitkan  rasa ingin  tahu anak selanjutnya  pendidik membangkitkan keberanian anak untuk  bertanya atau mengungkapkan pendapat.
  Mengamati  berarti kegiatan menggunakan semua indera (penglihatan,  pendengaran,  penghiduan,  peraba,  dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka  semakin  banyak  informasi  yang  diterima dan  diproses dalam otak anak.
  2) Menanya (Questioning)
  Tahap menanya dilakukan pendidik dengan menstimulus dan   mendorong anak  supaya  berani  mengajukan  pertanyaan sesuai dengan rasa ingin  tahunya.
  Menanya  merupakan  proses berfikir yang didorong oleh minat    keingintahuan   anak   ihwal   suatu   benda   atau kejadian.  Pada dasarnya anak  yakni seorang peneliti yang handal.  Ia  selalu  ingin   tahu  ihwal  segala sesuatu  yang ditangkap inderanya. Ia sering bertanya, yang terkadang pertanyaannya sangat di  luar  dugaan  orang  dewasa.  Anak didorong untuk  bertanya,   baik    ihwal  objek  yang    telab diamati maupun hal-hal lain  yang ingin diketahui.
  Kegiatan menanya memberi kesempatan anak untuk menanya ihwal apa yang  dilihat, disimak,  dan dibaca dari objek   yang  nyata   samapai  abnormal   berkenaan  dengan fakta,   konsep  dan  prosedur.   Menanya  sebagai  salah   satu proses  mencan   tahu   atau  mengkonfirmasi  atau mencocokkan pengetahuan yang sudah dimiliki anak dengan pengetahuan gres yang sedang dipelajari.
  Oleh  alasannya   itu,   yang  perlu  dilakukan   oleh  pendidik untuk mendukung kemampuan menanya yakni sebagai berikut:
  a)    Pada  dasarnya  anak  senang bertanya.  Saat  anak tidak punya gagasan untuk bertanya, pendidik boleh memancmgnya,     misalnya:      "waktu.     kita     petik     tadi bunganya  masih  seqar,   kenapa  kini  menjadi  layu ya?"
  b)  Apabila anak bertanya dengan pertanyaan demikian, sebaiknya  pendidik  memberi  kesempatan  kepada  anak untuk berpikir   mencari jawaban,  seperti:     "owh  iya   ya... ,    Mengapa demikian ya ... ,   berdasarkan kau kenapa?"
  c)    Bila ada buku  yang sesuai,  ajaklah anak untuk mencari jawabannya di  buku.  Selain  mengenalkan buku  sebagai sumber ilmu  semenjak  dini, misalnya:   "mari kiia  lihat di buku ini ... ,  gambar ini ... "dan  lain  sebagainya.
  3) Mengumpulkan  Informasi  (Collecting)
  Tahap   mengumpulkan    informasi sanggup   dilakukan dengan cara pendidik mendorong anak   untuk   aktif mengumpulkan informasi  dan bereksplorasi. Mengumpulkan informasi dilakukan   melalui    bermacam-macam cara,    contohnya   dengan   melaksanakan   aktifitas    langsung, mencoba,  mendiskusikan,  membaca buku, mewawancara.
  Mengumpulkan data yakni  suatu  proses  yang  sangat diminati anak.  Dalam  proses ini  anak melaksanakan trial  and error   (mencoba-gagal-mencoba).    Anak  senang mengulang- ulang kegiatan yang sama tetapi dengan cara bermain yang berbeda.  Bentuk   dukungan  pendidik untuk  membangun kemampuan anak di tahap ini adalah:
  a) Saat anak bermain ia membutuhkan waktu untuk menerapkan       gagasannya,         karenanya       berikan waktu untuk menerapkan   gagasannya   melalui   materi dan  alat yang  digunakannya.
  b)   Apabila  anak  tidak  mempunyai  gagasan  ketika  bermain, maka pendidik sanggup memberi referensi awal,  sehingga selanjutnya anak sanggup melaksanakan sendiri.
  c)    Apabila anak sudah  selesai,  pendidik sanggup memperluas gagasan   dengan  cara   memberi   pertanyaan   terbuka, seperti:     "Sudah    banyak    daun     bunga     besar    yang ditempel,  maka  di manakah tempat  menempel daun  yang kecil-kecil?"
  4)   Mengasosiasi/Menalar (Associating)
  Tahap mengasosiasi ini dilakukan dengan cara pendidik mengkondisikan  supaya   anak  sanggup  menghubungkan pengetahuan yang   sudah dimilikinya dengan pengetahuan gres yang diperolehnya atau  yang ada di  sekitarnya untuk menghasilkan  kesimpulan.   Contoh,   anak  berguru   ihwal bentuk   segitiga   melalui    potongan    kertas   yang     telah disiapkan.          Pendidik          mengajak  anak        untuk menemukan benda-benda   yang  ada   di sekitarnya   yang pendidik     sudah mengasosiasikan/menghubungkan      pengetahuan       gres ihwal  segitiga  dengan  benda-benda  di  lingkungan sekitarnya.
  Proses asosiasi sanggup terlihat ketika anak mampu:
  a)   Menyebutkan perasaan:  "...  berarti itu sama  dengan ... "
  b)   Menyebutkan perbedaan:  "kalau ini .... tapi itu  ... "
  c)    Mengelompokkan:    "jadi,   mawar  dan   melati   itu   sama- sama  bunga  ... "
  d)   Membandingkan:  "daun ku  lebih besar dari daun  kamu" Kemampuan di  atas  tergantung  pada  kemampuan  dan usia anak.
  5)   Mengkomunikasikan  (Communicating)
  Tahap   menkomunikasi   ini   dilakukan   dengan   cara pendidik memberi kesempatan kepada anak untuk mengkomunikasikan    proses    sebelumnya    berupa pengetahuan yang   baru,  hasil karya dan hasil kesimpulan lainnya.
  Mengkomunikasikan      merupakan memberikan   hal-hal     yang    telah  kegiatan dipelajari untuk dalam aneka macam  bentuk,   contohnya  melalui  cerita,   gerakan,  atau dengan memperlihatkan hasil karya berupa gambar, aneka macam bentuk    dari     plastisin,     lipatan,     anyaman    dan    lain sebagainya.
  Proses  mengkomunikasikan  yakni  proses  penguatan pengetahuan  terhadap   pengetahuan   gres   yang  didapat anak.   Kegiatan   mengkomunikasikan   yang   senng dilontarkan   anak,   misalnya:     "Bu,   saya  tahu,   kalau         " Tetapi    mengkomunikasikan    tidak    hanya   disampaikan melalui   ucapan,   tetapi  sanggup  juga  disampaikan  melalui hasil karya.  Biasanya anak menyampaikannya dengan cara memperlihatkan     karyanya.      "Bu guru,  lihat... !      Aku     sudah selesai membuat ... "
  Dukungan  pendidik yang sempurna      akan      menguatkan pemahaman anak terhadap  konsep pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh.  Sebaliknya jikalau pendidik mengabaikan pendapat anak atau bahkan menyalahkannya, maka keinginan untuk mencari tahu dan mencoba hal yang gres menjadi hilang.
  Dukungan pendidik   ketika    anak   mengkomunikasikan karyanya  yakni  perhatian yang   tulus.  Contoh  dukungan pendidik ketika  anak  mengkomunikasikan  karyanya, yaitu: "Bu  guru,   lihat  ... !   saya    sudah.   membuat ini.... " Tanggapan pendidik:     "Masya    Allah,     bagus!   Oya.. ,      bisakah    kau ceritakan  kepada  ibu  guru   bagaimana  kau  bisa membuatnya?"
  Untuk     penguatan,      pendidik    sanggup    menyatakan:
  "Alhamdulillah,  kamu. hebat!   Kamu   berhasil  menuntaskan tugasmu dengan baik.  Apakah kau mau  membuatnya lagi atau  mencoba kegiatan main  yang lain?"
  3.  Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
  Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Leaming) merupakan konsep berguru yang  membantu guru rnengaitkan antara materi   pembelajaran    dengan   situasi    dunia    nyata   anak   dan mendorong anak  membuat  kekerabatan  antara   pengetahuan  yang dimilikinya dengan penerapannya  dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Hubungan ini kemudian dikembangkan    dalam    pembelajaran     menggunakan    tema-tema tertentu    supaya   anak   bisa    memahami   konsep   materi    dan hubungannya  dengan lingkungan  di  sekitar.  Inilah yang mendasari penggunaan pendekatan tematik terpadu di RA.
  Pendekatan  tematik  terpadu  (tematik   integratif),   merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan aneka macam konsep  dasar  yang berkaitan  maupun  integrasi  antarkompetensi, baik sikap,  pengetahuan dan keterampilan ke  dalam aneka macam tema. Terna  berfungsi  merajut  makna  aneka macam  konsep  dasar  sehingga anak  memahaminya secara  utuh.  Terna  diambil  dari  pengalaman yang   bersahabat   dengan   kehidupan    nyata   anak    sehingga   sanggup menawarkan  pengalaman yang bermakna.
  B.  Strategi  Pembelajaran  RA
  Untuk   mengaplikasikan   hasil   beiajar,    pendidik   RA    sebagai pendorong utama  dan  pelaksana  kegiatan  belajar,   harus  mempunyai kemampuan membuatkan taktik pembelajaran. Suasana dan pembelajaran itu diarahkan supaya anak sanggup membuatkan potensi dirinya  melalui  aktifitas  bermain  yang  lebih  aplikatif.   Pembelajaran bagi  anak  usia  dini,  lebih  banyak  aktifitas  uji  coba,  bermain  sosial menyerupai  halnya bermain  peran, dan kegiatan  stimulatif lainnya.
  Strategi   pembelajaran   sangat  dibutuhkan   supaya  proses  berguru mengajar    sanggup    tercapai   dengan   optimal    sesuai    dengan   yang direncanakan  Pendidik sebagai orang terdekat dengan kehidupan anak di  luar lingkungan  keluarga yang menawarkan imbas  yang   sangat besar  terhadap  pertumbuhan  dan  perkembangan kecerdasan  anak. Oleh  alasannya   itu,   mengenali  dan   memahami  sifat  anak  merupakan bekal yang  sangat  berharga  bagi pendidik  supaya  sanggup  melaksanakan pembelajaran  dengan  menggunakan  taktik  dan   metode  yang   sempurna dalam  setiap kegiatan berguru  (bermain)  yang diselenggarakan,  sesuai dengan usia,  tahap perkembangan, kebutuhan, minat berguru anak.
  Pembelajaran  bukan hanya membuatkan kemampuan kognitif saja,   tetapi   harus   membuatkan  aspek  lain,   yaitu   afektif   dan psikomotor.   Oleh  alasannya   itu   taktik   pembelajaran   harus membuatkan aspek-aspek  tersebut secara integrasi.
  Ada beberapa jenis taktik pembelajaran  untuk RA, antara lain:
 - Strategi pembelajaran langsung, yaitu materi pembelajaran disajikan eksklusif pada anak dan eksklusif mengolahnya, contohnya bermain balok, puzzle, melukis dan lain-lain. Diharapkan anak bekerja secara menyeluruh dan kiprah pendidik hanya sebagai fasilitator.
 - Strategi berguru individual, dilakukan oleh anak secara mandiri. Kecepatan dan keberhasilan pembelajaran sangat ditentukan oleh masing-masing individu anak yang bersangkutan.
 - Strategi berguru kelompok. Bentuk berguru kelompok bisa dalam pembelajaran kelompok besar dan kelompok kecil. Strategi kelompok menganggap setiap individu sama.
 
 Beberapa   kriteria   yang  penting   untuk  menjadi   pertimbangan pendidik  dalam   menentukan  taktik   pembelajaran   RA,   yakni  sebagai berikut:
 - Karakteristik tujuan pembelajaran, yaitu membuatkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa, dan estetika. Selain dari aspek domain tersebut, sanggup juga untuk membuatkan pemahaman anak mengenai nilai-nilai, etika dan sebagainya.
 - Karakteristik anak sebagai akseptor didik baik usianya maupun kemampuannya. Setiap anak mempunyai karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda. Pendidik harus terlebih dahulu peka dalam membaca dua ha! tersebut, sehingga sanggup membuat taktik yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak didiknya supaya tidak terjadi suatu pemaksaan terhadap kemampuan anak.
 - Karakteristik tempat yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan. Lingkungan sangat mensugesti perilaku. Oleh alasannya itu, penting bagi pendidik dalam merancang taktik pembelajaran, untuk memikirkan juga tempat yang akan digunakan supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya, pusat bermain alam supaya dilakukan di luar ruangan, dikarenakan kegiatan dalam pusat tersebut lebih banyak menggunakan bahan-bahan sifat cair, sehingga akan terhindar dari terjatuhnya anak alasannya lantai yang licin, dan sebagainya.
 - Karakteristik tema atau materi asuh yang akan disajikan kepada anak. Pendidik sanggup melibatkan orang bau tanah dan lingkungan sekitar sekolah dalam memutuskan tema dan materi asuh untuk anak. Misalnya, pendidik sanggup memaksimalkan kekayaan alam yang ada di sekitar lingkungan sekolah untuk dijadikan materi ajar. Dengan memaksimalkan potensi alam di sekitar lingkungan anak, maka anak akan menjadi lebih peka terhadap lingkungannya. Selain memaksimalkan potensi alam, sanggup juga memaksimalkan potensi dari para orangtua. Misalnya, dengan mengundang orangtua dengan profesi tertentu sebagai pendidik tamu pada ketika membahas tema yang sesuai. Dengan begitu anak didik akan merasa besar hati dengan orangtua mereka, dan bersemangat dalam kegiatan tersebut. Banyak hal yang sanggup dilakukan untuk memotivasi anak supaya menaruh minat yang besar pada setiap kegiatan yang akan disajikan.
 - Karakteristik pola kegiatan. Pendidik perlu memikirkan cara penyampaian materi asuh atau materi supaya sanggup tersampaikan dan diterima dengan baik oleh anak didik. Pengarahan materi yang baik, akan terlihat dari cara anak dalam bekerja. Anak akan bekerja sesuai dengan isyarat yang diberikan oleh pendidik sebelumnya. Apabila isyarat tidak diberikan dengan baik, maka anak akan lebih banyak bertanya atau terlihat galau untuk memulai kegiatan.
 
 Beberapa  prinsip  terkait  dengan penentuan taktik  pembelajaran RA  yakni  sebagai  berikut:
  1.  Berorientasi  pada tujuan
  Pembelajaran yakni proses kegiatan yang bertujuan.  Keberhasilan suatu   taktik  pembelajaran  sanggup  diukur  melalui keberhasilan anak  didik mencapai  tujuan pembelajaran yang  telah ditentukan. Dengan   demikian  pengembangan  taktik  pembelajaran   di   RA, pendidik  senantiasa  wajib  memperhatikan  tujuan  pembelajaran yang  telah  ditetapkan.
  2. Aktivitas
  Pembelajaran bukan saja menghafal fakta atau  sekedar informasi, tetapi     pembelajaran      yakni      berbuat    untuk     memperoleh pengalaman  baru.  Oleh  alasannya  itu  taktik  pembelajaran  harus sanggup  mendorong anak  didik untuk  banyak  melaksanakan  uji  coba dan  permainan-permainan  baru,  meliputi  aktifitas  yang   bersifat psikis menyerupai aktifitas mental.
  3. Keunikan Anak
  Masa  usia  dini kita  kenal  dengan masa  "golden  age"   atau  "usia kritis"   yang  sangat   cepat   dan   sanggup   menentukan   kehidupan selanjutnya. Pada masa ini anak mempunyai potensi, talenta dan  minat yang  berbeda-beda (keunikan), mereka mempunyai kelebihan dan kekurangan yang   berbeda, bahkan  ada anak yang   tergolong anak berkebutuhan  khusus.  Dengan  demikian  dalam  pengembangan taktik pembelajaran di RA, pendidik wajib memperhatikan setiap keunikan anak.
  4. Integrasi
  Pembelajaran  bukan hanya membuatkan kemampuan kognitif saja,  tetapi  membuatkan  aspek  lainnya  menyerupai  aspek  afektif dan   psikomotor   secara  terintegrasi.    Misalkan   dengan   metode diskusi,  maka  tidak  hanya  mendorong  intelektual   anak  didik, tetapi mereka didorong secara keseluruhan  untuk  bersikap jujur, tenggang rasa, tenggang rasa dan lainnya.
  5. Interaktif
  Interaktif   mengandung  makna   bahwa  mengajar   bukan   hanya sekedar   memberikan   pengetahuan   dari   pendidik  ke    anak, melainkan  mengajar  sebagai  proses  mengatur  lingkungan  yang sanggup merangsang anak untuk  belajar.  Dengan  demikian  melalui proses interaksi memungkinkan anak berkembang baik mental maupun intelektual.
  6. Inspiratif
  Inspiratif   mengandung  makna   supaya   setiap   anak   didik   selalu mencoba dan melaksanakan  hal-hal yang   gres dengan mendapat informasi dan sanggup memecahkan masalahnya sendiri. Dengan demikian pendidik harus  menawarkan  kesempatan  kepada setiap anak supaya  sanggup berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya.
  7. Menyenangkan
  Menyenangkan  mengandung  makna  bahwa  pembelajaran  untuk anak didik harus terbebas dari  rasa takut dan menegangkan. Oleh alasannya  itu  pendidik harus  mengupayakan  situasi  pembelajaran yang   menyenangkan,  dimulai  dengan penataan  lingkungan  main yang apik  dan menarik,  serta memenuhi unsur  kesehatan, mulai dari   kebersihan  lingkungan   main,   pengaturan   cahaya  apabila berguru  di   dalam  ruangan,  ventilasi  yang  baik,    dan  memenuhi unsur keindahan, cat dinding yang segar dan bersih,  lukisan dan karya-karya anak yang  tertata rapi,  media dan  sumber berguru yang relevan, dan bahasa tubuh  pendidik yang bisa membangkitkan motivasi berguru anak didik.
  8. Menantang
  Menantang   mengandung   makna   bahwa   pembelajaran    yakni proses yang  menantang anak didik  untuk membuatkan kemampuan    berpikir   untuk    merangsang   kerja    otak   secara maksimal.   Kemampuan   menantang   sanggup   terstimulasi   melalui kegiatan bermain yang  memanfaatkan materi permainan, contohnya daun-daunan,  tanah  liat,  lumpur,  dan  lain-lain,  sehingga  secara tidak eksklusif anak sudah berpikir secara intuitif atau terdorong untuk bereksplorasi.
  9.  Motivasi
  Motivasi mengandung makna dorongan dari dalam jiwa anak didik untuk  bertindak  atau  melaksanakan sesuatu.  Dorongan  itu  hanya mungkin  muncul  dalam  diri  anak  didik   manakala  anak  didik merasa membutuhkan. Oleh alasannya  itu pendidik harus sanggup memperlihatkan pentingnya setiap anak mempunyai pengalaman  dan materi  berguru  untuk kebutuhan dirinya,  dengan  demikian  anak didik     berguru    tidak    sekedar    memperoleh   nilai    atau   kebanggaan melainkan didorong oleh rasa  ingin  tahu sesuai kebutuhannya.
  10. Inovatif dan kreatif
  Inovatif  dan  kreatif  yakni   proses  pembelajaran  yang membuatkan   atau   membuat   ide   dan    cara   gres   yang berbeda     dari     sebelumnya,      sesuai     dengan     karakteristik pembelajaran era 21.
  Strategi pembelajaran berkaitan dengan pengorganisasian belajar, yaitu   pengaturan  ruang  berguru  yang  diadaptasi   dengan  bentuk layanan, jumlah  anak,  dan kelompok usia anak yang dilayani. Pengorganisasian ruang berguru memperhatikan:
  1. Jumlah Anak
  Idealnya setiap anak membutuhkan  ruang bergerak di  dalam ruangan  3m2   per-anak.    Namun  demikian  ruang  berguru  dalam (indoor)  bukan satu-satunya  tempat  berguru  anak.  Ruang  berguru yang  bersifat bergerak (moving class) menjadi solusi bagi jumlah ruangan terbatas dengan jumlah anak banyak.
  2. Kelompok Usia Anak
  Kelompok  usia  anak  mensugesti penataan  ruangan  dan jumlah anak yang   sanggup  diterima  di  satuan  RA.  Semakin  muda anak  yang    dilayani,  maka   semakin   luas   keperluannya   untuk bergerak.  Dalam Standar RA ditetapkan Rombongan berguru untuk kelompok usia 4 - 6 tahun yakni 15 Anak per-kelompok.
  3. Lingkungan  Kondusif
  Lingkungan pembelajaran diciptakan sedemikian rupa supaya menarik, menyenangkan, aman, dan nyaman bagi anak. Penataan ruang  diatur   supaya  anak   sanggup   berinteraksi   dengan  pendidik, pengasuh, dan  anak lain. Lingkungan yang  aman bisa mendorong munculnya  proses pemikiran ilmiah.  Lingkungan yang aman meliputi  suasana  yang  baik,  waktu  yang cukup,  dan penataan  yang    tepat.   Waktu  yang  cukup  dimaksudkan  yakni cukup untuk bermain, beristirahat,  maupun untuk bersosialisasi.
  Suasana   lingkungan   yang  mendukung  anak  berguru   yakni sebagai berikut:
 - Memberikan proteksi dan kenyamanan ketika anak bermain dengan materi dan alat sesuai ide anak.
 - Memberi kebebasan untuk anak melaksanakan eksplorasi dan eksperimentasinya.
 - Memberi kesempatan anak untuk menawarkan klarifikasi ten tang cara kerja dan hasil yang dibuatnya.
 - Menyediakan aneka macam alat dan materi yang sanggup mendukung cara anak bermain.
 - Memberi dukungan dalam bentuk pertanyaan yang mendorong anak membuatkan ide, bukan memberi isyarat untuk dilakukan anak.
 
 Strategi pengelolaan kegiatan main   anak  meliputi kegiatan  di dalam ruangan (indoor) ataupun kegiatan di luar ruangan (outdoor).
  Penataan  lingkungan  yang mendukung berguru  yakni  lingkungan yang:
 - Terjaga kebersihannya.
 - Semua alat, perabot, dan kondisi ruangan dipastikan terjaga keamanannya.
 - Ditata dengan rapi untuk membiasakan anak berperilaku rapi dan teratur.
 - Ditata sesuai dengan tinggi tubuh anak untuk membangun sikap mandiri.
 - Menghargai perbedaan dan keistimewaan anak.
 - Menghargai gagasan dan hasil karya anak tanpa membandingkan dengan anak lainnya.
 - Memberi kesempaan pada anak melaksanakan dan menolong dirinya sesuai dengan kemampuannya untuk mendapat pengalaman bermain yang berharga.
 - Memfasilitasi anak dengan bermacam-macam obyek baik alam maupun buatan yang menarik sehingga memunculkan rasa ingin tahu anak dan anak akan melaksanakan pengamatan, contohnya bunga- bunga, kolam ikan atau aquarium, sangkar burung atau sangkar kelinci, dan lain-lain.
 
 Untuk  mewujudkan  RA  yang  nyaman,  bisa  dimulai  dari  kelas yang  ramah anak,  yaitu  kelas yang   mendukung proses pembelajaran supaya anak  aktif   membuatkan  potensi  dirinya  dengan  cara  yang menyenangkan.
  Konsep kelas ramah anak memastikan setiap anak berada dalam lingkungan yang  aman secara fisik,  melindungi secara emosional, dan mendukung secara psikologis.  Pendidik  menjadi  faktor utama  dalam membuat   kelas  yang    inklusif   dan  efektif.   Kelas   ramah    anak mengakui, mendukung,  memfokuskan dan memfasilitasi kemampuan anak untuk berkembang secara bertahap.
  Kelas   ramah  anak  bertujuan   untuk   membangun  lingkungan berguru di mana anak termotivasi dan bisa untuk belajar. Perlu ada suatu komunitas pada forum  RA yang ramah dan terbuka terhadap kebutuhan kesehatan dan  keamanan anak, dalam hal ini berafiliasi dengan steakholder.
  Pengelolaan    kelas    ramah     anak     yakni     di     mana    media pembelajaran     dan    alat-alat     pembelajaran     diadaptasi     dengan kebutuhan  anak  yang   ada  pada  kelas  tersebut  dengan mempertimbangkan karakteristik dan kebutuhan setiap anak.  Contoh apabila di kelas ada anak yang mempunyai kendala  gerak (memakai dingklik roda),  maka supaya anak sanggup menempelkan media pada papan tulis,    hendaknya   papan  tulis  diletakkan   pada  posisi   yang    sanggup terjangkau  oleh anak.
  Terdapat       langkah-langkah       dalam       menentukan       strategim pembelajaran di RA, sebagai berikut:
 - Hendaknya pendidik mengidentifikasi tujuan pembelajaran, meliputi pemahaman terhadap STPPA maupun Kompetensi Dasar.
 - Mempertimbangkan karakteristik dan prinsip-prinsip pembelajaran RA, kemudian memutuskan pendekatan, model serta metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya pendidik merumuskan aktifitas belajar, serta menentukan media dan materi asuh yang akan digunakan dalam aktifitas tersebut.
 - Mempertimbangkan dan menuliskan langkah-langkah yang akan ditempuh dari awal hingga akhir.
 - Mempertimbangkan dan memutuskan jenis-jenis penilaian yangakan digunakan untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran.
 
 Alur Menentukan  Strategi Pembelajaran RA
 - Mengidentifikasi tujuan pembelajaran
 - Mempertimbangkan karakteristik & prinsip pembelajaran RA, serta memutuskan aktifitas, media dan materi ajar
 - Mempertimbangkan dan menuliskan langkah-langkah yang akan ditempuh dari awal hingga akhir
 - Mempertimbangkan clan memutuskan jenis-jenis penilaian yang akan digunakan untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran
 
 Strategi  pembelajaran  berkhasiat untuk melayani kebutuhan  anak dalam berguru  serta  membimbing cara  berpikir mereka dengan  baik. Selain   itu   dengan  menyusun  suatu   taktik   pembelajaran,   maka pendidik RA sanggup  mempunyai citra  ihwal cara  membantu anak mencapai aspek perkembangannya dengan terencana.
  C. Metode  Pembelajaran RA
  Al-Quran    maupun   Alhadis    mengisyaratkan    adanya   beberapa metode pembelajaran antara lain:
  1.   Metode Bercakap-cakap  (hiwar), yaitu:
  a.  Hiwar   khitabi   (percakapan   pengabdian),   yaitu   obrolan  antara Tuhan dan harnba-Nya,  menyerupai firman Allah  "Wahai orang-orang yang    beriman",    dan   harnba-Nya   menjawab   dalam   kalbunya dengan  menyampaikan  "Kusambut  panggilan  Enqkau,   ya   Rabbi:'. Metode   ini   mengisyaratkan   obrolan  yang    disambut  oleh   lawan bicara dengan pikiran dan perasaannya.
  b.  Hiwar washfi (percakapan deskriptif), yaitu penggambaran secara terang  situasi   orang  yang  sedang  berdialog.   Dengan   hiwar  ini tercipta suatu situasi psikis yang dihayati bersama secara riil oleh mereka yang terlibat berdialog.
  c. Hiwar qishashi (percakapan berkisah), yaitu percakapan yang merupakan  unsur  dan  uslub  kisah  dalam Al-Quran.  Hiwar  ini lebih  sempurna  diberikan  sebagai  referensi  sesudah  klarifikasi  materi pokok untuk  menguatkan  pesan yang   terkandung di  dalamnya. Biasanya diterapkan pada materi kepercayaan dan akhlak.
  d.  Hiwar   jadali    (percakapan    dialektis),    yaitu   jenis   hiwar  yang merupakan diskusi atau perdebatan yang  bertujuan untuk mamantapkan  hujjah  kepada  pihak  lawan  bicara.  Dalam  hiwar ini,  segi  logika akan nampak berada,  namun demikian, sentuhan terhadap perasaan akan tetap dominan.
  e.  Hiwar nabawi, yaitu hiwar yang  digunakan oleh Nabi Muhammad Saw  dalam  mendidik  sahabat-sahabatnya.  Beliau  menghendaki supaya para sahabat  mau mengajukan  pertanyaan guna mendidik dan menyentuh perasaan,  atau  memuaskan  fikiran  dan menegakkan   hujjah,   serta   memberi  kepuasan   kepada  pihak lawan bicara.
  f.   Metode pembelajaran  hiwar ini  sanggup diimplementasikan  dengan cara pendidik mengkondisikan anak mau melaksanakan komunikasi secara interaktif antar anak maupun dengan pendidik.
  2.  Metode  Kisah  (peristiwa)
  Islam   menyadari  sifat   alamiah insan  untuk  menyenangi  dongeng yang  pengaruhnya besar terhadap perasan.
  3.  Metode melalui Perumpamaan  (amtsal)
  Metode   perumpamaan  berarti   menawarkan  perumpamaan   dalam suatu pernbicaraan,  untuk menjelaskan  sesuatu ha!  atau isi  yang mengungkapkan kebaikan  dan keburukan  (contoh Al-Quran  Surat Al-Baqarah:  26).
  4.  Metode  Latihan  dan Pengalaman
  Salah satu metode yang digunakan Rasulullah saw dalam mendidik para  sahabat,  yaitu  metode  latihan  atau  pembiasaan.   Rasulullah Saw bersabda kepada mereka, "Sesungguhnya saya berbuat yang demikian itu supaya kalian mengikutiku dan mempelajari  shalatku".
  5.  Metode  Mudah untuk Menghafal
  Rasulullah  Saw  mengajarkan  doa-doa yang   penting  dan  ayat-ayat Al-Quran kepada para sahabat secara praktis. Rasulullah Saw membacakannya dan  mengulanginya  di  hadapan  mereka disertai dengan mendengarkan ayat dan doa tersebut, dengan maksud mendapat pembetulan. Metode simpel untuk menghafal, dimaksudkan  menanamkan   sopan santun  yang    baik   pada  jiwa  anak, sehingga  tumbuh  menjadi   pribadi  yang    istiqomah   dan  bahagia, alasannya    anak    sanggup    merasa    sukses    dengan   sikap     dan pekerjaannya.
  6.  Metode  Hikmah  dan Nasihat  ('lbrah dan  Mau'idzah)
  Metode  pesan yang tersirat  ('ibrah)  yakni  suatu  kondisi yang  memungkinkan akseptor  didik   sebagai  pembelajar  dari  pengetahuan  yang   kongkrit menuju pengetahuan yang  abstrak.    Sedangkan metode pesan tersirat (Mau'idah/al-Wa'du),  yaitu  pemberian  pesan tersirat dan peringatan akan kebaikan  dan  kebenaran  dengan cara  yang menyentuh  qalbu  dan menggugah untuk  mengamalkannya.  Seperti  dalam  Al-Quran  Surat Al-Baqarah ayat 232:
  Artinya:    "Itulah    yang    dinasehatkan    kepada   orang-orang    yang beriman di antara kalian kepada Allah dan  hari kemudian".
  7.  Metode  Targhib dan Tarhib
  Tarqhib  yakni akad  yang disertai  dengan  bujukan  dan  membuat senang   terhadap   sesuatu   maslahat.    Sedangkan    tarhib    yakni bahaya  dengan  siksaan   sebagai   tanggapan   melaksanakan   dosa  atau kesalahan  yang    dihentikan   oleh  Allah   atau  tanggapan   lengah   dalam menjalankan  kewajiban  yang   diperintahkan  Allah.  Metode  targhib dan   tarhib   merupakan  upaya  menggugah dan   mendidik perasaan Rabbaniyah yaitu  perasaan  khauf kepada  Allah menyerupai  dalam  Al- Alquran Surat Ali Imran ayat 175.
  Dalam menentukan metode hendaknya diadaptasi dengan perkembangan  anak,   contoh:   bercerita,   bermain,   ceramah,   tanya jawab, menyanyi, karya wisata, proyek sederhana, bermain peran, demonstrasi,  diskusi, dan sebagainya.
 BAB IV MODEL PEMBELAJARAN RA
 Di  dalam  suatu  model   meliputi  adanya  pendekatan,   strategi, metode  maupun  teknik  pembelajaran  yang   digunakan.  Model pembelajaran   di   RA  berkaitan   dengan  penataan  lingkungan   berguru anak. Lingkungan berguru anak sangat besar lengan berkuasa pada apa dan bagaimana anak belajar. Lingkungan berguru yang direncanakan, dimanfaatkan serta dirawat sedemikian rupa sanggup meningkatkan kemampuan  berguru   anak,   kemauan  mengeksplorasi,   bereksperimen atau memanipulasi alat main secara bermakna, menyenangkan dan menantang.
  Terdapat beberapa model  pembelajaran berbasis pengelolaan kelas RA. Model  pembelajaran yang   dipilih ditentukan  penataan  lingkungan berguru yang  memungkinkan  anak untuk bekerja,  bergerak dan berkembang secara be bas.  Model pembelajaran  RA tersebut antara lain:
  1.   Model klasikal
  Model  pembelajaran klasikal yakni pola pembelajaran dimana dalam waktu dan kegiatan yang  sama dilakukan oleh seluruh  anak dalam  satu  kelas. Model  pembelajaran  ini  merupakan  model  yang paling awal digunakan, dengan sarana pembelajaran yang  pada umumnya  sangat  terbatas,   serta  kurang  memperhatikan  minat individu anak.
  2.  Model Kelompok dengan Kegiatan Pengaman
  Model   pembelajaran   kelompok  dengan   kegiatan   pengaman yakni   pola   pembelajaran   di   mana   bawah umur   dibagi  menjadi beberapa kelompok, dan  setiap kelompok melaksanakan  kegiatan yang berbeda-beda.   Dalam   satu   kali   pertemuan  anak  harus menuntaskan  2-3   kegiatan   dalam  kelompok  secara   bergantian. Apabila   dalam   pergantian   kelompok,   terdapat   bawah umur  yang sudah  menuntaskan tugasnya  lebih  cepat  dari  pada  temannya, maka anak tersebut sanggup meneruskan kegiatan lain sejauh di kelompok   lain   tersedia   tempat.   Namun   apabila  tidak  tersedia tempat, maka anak tersebut sanggup bermain pada tempat tertentu di dalam   kelas  yang    telah  disediakan   guru  yang    disebut  dengan kegiatan  pengaman.  Pada  kegiatan  pengaman sebaiknya disediakan alat-alat   yang   lebih   bervariasi   dan   sering  diganti   diadaptasi dengan tema atau sub tema yang dibahas.
  Kegiatan   pengaman  berfungsi  sebagai:   (1)   Kegiatan   alternatif bagi anak  yang lebih  cepat  menuntaskan kegiatan  dikelompoknya; dan (2) Sarana transisi anak untuk berpindah dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya;  (3)  melatih kesabaran dan mengendalikan sikap anak   ketika   menunggu   giliran;  serta   (4)   pemenuhan  minat  anak terhadap kegiatan yang  disediakan pendidik.
  Pada       kegiatan       pengaman,     harus mempertimbangkan karakteristik  dan  minat anak  terhadap  kegiatan,  materi  dan  alat main,   atau  apapun  yang ada  di   lingkungan  sekitar  anak.   Oleh alasannya  itu,   penataan  seluruh  kegiatan,   baik   kegiatan  kelompok maupun kegiatan pengaman, sebaiknya tetap memperhatikan kecukupan  tempat dan jenis main yang disediakan dengan menggunakan    materi    dan    alat-alat    yang    lebih     bervariasi, diadaptasi dengan tema/subtema yang dibahas.
  3.  Model Sudut
  Model pembelajaran ini  merupakan model  yang memperhatikan minat anak  dengan pengelolaan kelas berupa  2-5   sudut  di  dalam kelas   sesuai   agenda   yang   direncanakan.    Sudut-sudut   yang dimaksud  yakni sudut  ketuhanan,  sudut  keluarga,  sudut  alam sekitar dan  pengetahuan,  sudut  pembangunan dan   sudut kebudayaan.
  Model   pembelajaran   sudut  menawarkan kesempatan kepada anak didik   berguru  bersahabat dengan kehidupan  sehari-hari.  Model  ini bersumber pada  teori   pendidikan  dan  perkembangan  Montessori. Berikut karakteristik model  sudut:
  a. Praktek kehidupan
  Anak-anak dikenalkan dengan aneka macam kegiatan ha! dalam kehidupan  sehari-hari  untuk  melatih keterampilan  dan kemandirian,  menyerupai  mengikat  tali  sepatu,  menyiapkan  bekal makan    mereka,     pergi    ke      toilet     tanpa    bantuan,    dan membersihkan    diri     sendiri    ketika    mereka   menumpahkan sesuatu, dan aneka macam keterampilan hidup lainnya.
  b. Pendidikan kesadaran sensori
  Anak-anak dilatih untuk peka  dalam menggunakan  Jima indera yang mereka miliki.
  c. Seni berbahasa
  Anak-anak   diberi    kesempatan  untuk   mengekspresikan   diri mereka  secara  verbal.  Anak-anak juga  membuatkan kemampuan membaca,  mengeja,  tata bahasa,  dan kemampuan menulis.
  d. Matematika dan geometri
  Anak-anak  dikenalkan  ihwal konsep matematika dasar,  baik itu dengan menggunakan tangan maupun dengan alat.
  e. Budaya.
  Anak-anak dikenalkan dengan aneka macam budaya yang meliputi geografi, hewan, waktu,  sejarah,  musik,  gerak,  sains,  dan seni.
  Selaras  dengan  fokus  pengelolaan  agenda  pembelajaran  di atas, maka model  sudut-sudut kegiatan yang dikembangkan yakni sebagai berikut:
  a.  Sudut Latihan Kehidupan  Mudah (Practical Life Comery)
  Sudut  latihan   kehidupan  simpel   menawarkan  kesempatan untuk menggandakan  apa yang dilakukan  oleh orang  cukup umur  di  sekitar mereka  setiap  hari.  Misalnya,  mereka menyapu,  mencuci, memindahkan suatu barang dengan aneka macam alat yang berbeda (sendok, sumpit dan lain-lain), membersihkan kaca, membuka dan menutup kancing atau resleting, membuka dan menutup botol/kotak/kunci,   mengelap   gelas   yang    sudah   di    basuh   dan sebagainya.
  Melalui  aneka macam   acara   yang   menarik   ini,   bawah umur  berguru untuk  membantu diri   mereka  sendiri   (self  help),   berkonsentrasi dan  membuatkan kebiasaan bekerja dengan baik.
  b. Sudut Sensorik
  Sudut  sensorik  membuatkan  sensitifitas  penginderaan  anak, yakni penglihatan, pendengaran, penghiduan, perabaan, dan pengecapan.   Di   sudut  sensorik   fokus   pada  pengenalan  benda menyerupai   aneka macam   perbedaan   warna,    mencicipi   berat   ringan, aneka macam bentuk  dan  ukuran,   mencicipi  tekstur  halus-kasar, tinggi-rendah suara, aneka macam bebauan dari benda-benda, dan mengecap aneka macam rasa dari benda yang dijumpai sehari-hari.
  c. Sudut Matematika (Pre Math and  Perception Corner)
  Sudut matematika memberi kesempatan kepada bawah umur mengenal konsep-konsep matematika mulai dari hal  yang kongkrit hingga abstrak. Anak-anak berguru memahami konsep dasar kuantitas/jumlah   dan    hubungannya   dengan  lambang-lambang serta mempelajari angka-angka yang lebih besar dan operasi matematika menyerupai penjurnlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian secara alami.   Selain itu, di sudut ini anak sanggup berguru matematika    melalui   pengukuran,     menyerupai    mengukur   jarak, mengukur literan,  mengukur besar kecil  dan lain-lain.
  d. Sudut Bahasa (Language and  Vocabulary Corner)
  Sudut   bahasa   membuatkan  kemampuan   anak   dalam berguru mendengar dan menggunakan kosa kata yang  sempurna untuk seluruh kegiatan, mempelajari nama-nama susunan, bentuk geometris,  komposisi,  tumbuh-tumbuhan,  dan   sebagainya.  Selain itu,  bawah umur  mulai diperkenalkan  ihwal  komposisi/susunan kata,  kalimat dan cerita.
  e. Sudut Kebudayaan  (Culture and  Library  Corner)
  Sudut kebudayaan memberi kesempatan kepada bawah umur untuk mengenal Geografi,  Sejarah,  Ilmu  ihwal tumbuh-tumbuhan dan IImu  pengetahuan  yang sederhana.  Anak-anak  berguru  secara individual,  kelompok dan  diskusi  mengenai dunia  sekitar  mereka, pada ketika ini  dan masa lalu.  Pengenalan  akan tumbuh-turnbuhan dan  kehidupan binatang menyerupai juga pengalaman  sederhana untuk mengetahui lebih jauh ihwal ilmu  pengetahuan alam.  Selain  itu, anak-anakpun    diperkenalkan    ihwal   kuliner   khas   daerah, melalui kegiatan memasak.
  Sudut-sudut    di    atas   saling    berkaitan    dan   dibuka   secara bersamaan  setiap  harinya.   Anak-anak  dibolehkan  untuk  mernilih sudut mana yang  paling  diminatinya.  Mereka  sanggup  berpindah ke sudut  lainnya  dengan  tidak  mewajibkan  untuk  menguasai kemampuan di  sudut sebelumnya.  Namun  demikian sudut  sensorik dan   sudut  latihan   kehidupan   simpel   merupakan   fondasi   yang fundamental bagi  sudut  yang lain.  Artinya anak usia yang lebih muda membutuhkan lebih   banyak waktu dan kesempatan bermain di  dua sudut tersebut.
  Sepanjang  hari terdapat  aktivitas-aktivitas  yang  memungkinkan bawah umur menikmati  dan  membuatkan  keahlian dan  kepekaan sosial mereka. Untuk mengenalkan nilai-nilai dan kegiatan ritual keagamaan,  maka  di   Indonesia   ditambahkan  dan  dikembangkan sudut ketuhanan.
  4.  Model   Area
  Model  area yakni model  pembelajaran yang  lebih menawarkan kesempatan kepada anak untuk menentukan atau melaksanakan kegiatan sendiri sesuai dengan minatnya.
  Model   Pembelajaran   Area  dikembangkan   oleh    Highscope   di Amerika  Serikat   dan  dikembangkan  di   Indonesia   oleh   Children Resources  International,   Inc.   Model  Pembelajaran  Area  dirancang untuk memenuhi kebutuhan khusus  bagi setiap  anak  dan  sanggup menjunjung  tinggi  keragaman tradisi  budaya.  Model  pembelajaran area  menekankan  akan  individualisasi   pengalaman  berguru   bagi anak,  membantu anak mengambil keputusan  melalui kegiatan yang direncanakan serta melibatkan peranserta keluarga.
  Filosofi  model   pembelajaran  berdasarkan  area yakni  sebagai berikut:
  a.  Melibatkan  anak secara alamiah dalam proses belajar.
  b. Lingkungan   dirancang   secara   cermat   dengan   menggunakan konsep  "Tahap  Demi   Tahap"   mendorong  anak  untuk Bereksplorasi,  Mempelopori,  dan  Menciptakan.
  c. Dalam   membuat   lingkungan   dan  menyediakan  materi  ajar, pendidik   menggunakan    pengetahuan   yang    sempurna  dan    sesuai dengan tahap perkembangan anak.
  d. Peran   pendidik   yakni   menyusun   tujuan   yang  sesuai   bagi masing-rnasing    anak   secara   individu    dan     kelompok,    yang bertujuan   untuk:   (1)   Menanggapi   minat  anak;   (2)   Menghargai kelebihan-kelebihan dan kebutuhan setiap anak;  (3) Menjaga keingintahuan alami anak untuk bertahan hidup;  (4)  Mendukung pembelajaran bersama.
  Dalam   proses   pelaksanaannya    model     area   menggunakan pendekatan  perkembangan  dengan memperhatikan  hal-hal  sebagai berikut:
  a.  Anak    yakni   pembelajar    aktif   yang   secara   terus   menerus mendapat    informasi    mengenai    dunia    melalui    kegiatan bermain.
  b. Anak      mengalami       kemajuan        melalui tahapan-tahapan perkembangan yang sanggup diperkirakan.
  c. Anak  bergantung pada kognitif melalui interaksi sosial.
  d. Anak yakni individu  unik yang tumbuh dan berkembang dengan kecepatan yang  berbeda.
  Lingkungan      berguru      pada     model       pembelajaran      area merupakan  lingkungan  berguru  yang berpusat  pada  anak.   Hal  ini bertujuan  untuk  meningkatkan keterampilan  dan  minat  masing-masing anak  (individualisasi),  sementara  itu  pula  memperhatikan pentingnya  pembelajaran  antar  sobat  sebaya  dan    pembelajaran dalam kelornpok-kelompok kecil.
  Proses individualisasi dicapai dengan menghargai tahapan perkembangan    setiap   anak    dan     merencanakan    serangkaian kegiatan yang  sesuai untuk memastikan pengalaman yang berhasil dari  masing-masing anak.  Anak-anak berindividualisasi ketika mereka menentukan pusat kegiatan atau kegiatan/permainan tertentu.
  Pendidik mengamati  anak  dengan  cermat  selama  kegiatan berlangsung.  Pendidik sanggup  merubah  atau  menyesuaikan  materi asuh dan kegiatan yang diperlukan. Kelompok kecil  akan lebih memaksimalkan   tingkat  individualisasi   dan  meningkatkan efektifitas pendidik.
  Area ditata  secara  menarik  dan  mengundang  minat  anak. Peralatan,  bahan-bahan  ajar,  agenda  harian,  dan  tata letak  kelas sesuai dengan kebutuhan  dan meningkatkan pertumbuhan  setiap anak.   Setiap  area  mempunyai beberapa  kegiatan yang menggunakan alat  dan  materi  yang    berbeda  sesuai  dengan  karakteristik  dan tujuan area  tersebut.  Semua  anak sanggup menentukan area mana yang paling sesuai dengan minatnya.  Untuk semua area difasilitasi oleh seorang  pendidik.   Pendidik  mengamati   dan  memberi  dukungan bawah umur yang berrnain di semua area yang dibukanya.
  Model pembelajaran berdasarkan area,  terdiri dari:
 
  a.  Area Balok
  Area balok  memfasilitasi anak untuk membuatkan pengetahuan dan keterampilan berpikir matematik, pola,  bentuk geometri,  ilmu   ihwal  peta  (topologz),  kekerabatan  satu  dengan yang lain, penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, kemampuan  berpikir  dan  memecahkan  masalah,   kreativitas, dan  memperkuat daya konsentrasi  melalui kegiatan membangun dengan balok.
  b. Area Drama
  Area drama mernfasilitasi anak untuk membuatkan pengetahuan dan pengalaman anak dalam menuangkan ide, gagasan  dan  perasaan  melalui kegiatan  meniru,  simbolik atau berpura-pura ihwal peran-peran dalam kehidupan sosial dilingkungan sekitar. Bermain drama penting untuk anak usia dini sebagai proses melatih fungsi kognitif menyerupai mengingat,  mengatur diri  sendiri, membuatkan     kemampuan      berbahasa,       meningkatkan kemampuan       fokus atau      konsentrasi,      merencanakan, menentukan strategi, menentukan prioritas, membuatkan gagasan, dan keterampilan-keterampilan lain yang diharapkan untuk menunjang  keberhasilan  di  sekolah  nanti.  Kemampuan mengontrol dan mengatur sikap  diri  sendiri termasuk kepingan dari kemampuan fungsi eksekutif.
  c. Area Seni
  Area seni mendukung pengembangan kreativitas dan pengalaman    taktil    (perabaan)     anak    dalam   menggunakan aneka macam materi  dan  alat.  Inti  dari   kegiatan  seni yakni  bawah umur  mengeksplorasi  dan  mengekspresikan  apa  yang  mereka amati, pikirkan, bayangkan, dan rasakan melalui alat dan materi yang digunakannya.
  d. Area Pasir dan  Air
  Area  pasir  dan  arr   lebih  kepada  pengembangan  senson- motorik.    Namun   demikian   pusat  ini   sangat   kaya  dengan konsep-konsep   matematika   dan   sain.   Anak   berguru   penuh- kosong,  berat-ringan, volume,  dan sebagainya.  Anak juga sanggup berguru   ihwal   perubahan   bentuk,   perubahan   warna   dan sebagainya.
  Area pasir  dan air  sangat diminati  anak.  untuk kelompok anak yang lebih kecil  biasanya belum sanggup mengendalikan diri sehingga perlu membawa baju ganti untuk digunakan selesai bermain.
  e. Area Sains
  Area Sains menyediakan banyak kesempatan bagi bawah umur untuk  menggunakan panca indera dan menyalurkan eksklusif minat mereka terhadap kejadian-kejadian  alamiah  dan kegiatan- kegiatan manipulatif. Area    sains  juga  sanggup   dilakukan   di   luar   ruangan   dengan tanaman, binatang, dan benda-benda di sekitar.
  f.   Area Keaksaraan
  Area keaksaraan membuatkan kemampuan mengenal konsep  huruf,  kata,  kalimat,  dan  makna tulisan/bacaan  yang ada disekitar anak. Area  keaksaraan  meliputi  buku-buku  dan    materi  bacaan untuk kegiatan  membaca,  dibacakan,  menyimak,  dan   menulis. Keaksaraan di pergunakan selama hari-hari berguru anak. Kemampuan   keaksaraan   dimulai  dengan   mengenal   simbol-simbol  sederhana dari  benda  yang ada  di  sekelilingnya,  atau membuat coretan di atas kertas .
  g. Area Matematika
  Area matematika sangat kental dengan kegiatan manipulatif.  Di area ini  anak sanggup berguru  ihwal bentuk,  hitungan,  angka, jumlah, pengelompokkan, ukuran,  pola,  memasangkan.  Di area ini juga anak berguru  pengembangan bahasa,  sosial,  emosional, dan aspek perkembangan lainnya.
  h. Area Gerak dan Musik
  Gerak  dan  musik   untuk  anak  usia  dini   sangat  penting untuk membangun kesadaran akan gerakan diri sensiri, melatih kelenturan, mengikuti irama music, mengenal bunyi alat musik, mengeksplorasi  alat-alat  sederhana menjadi  alat  musik  bebas. Kegiatan   gerak  dan   lagu   merupakan  kebutuhan   sehari-hari untuk anak usia dini. Dengan berkegiatan yang menyenangkan di area gerak dan lagu, akan  besar lengan berkuasa  pada:  kemampuan  berpikir dan  berbahasa, kemampuan memecahkan masalah,  kemampuan fokus, membangun kesadaran  spasial,  membuatkan  rasa  percaya diri,  melatih  kekuatan, kelenturan, koordinasi fisik,  serta membangun keterampilan sosial.
  i.    Area Agama
  Area  Agama  merupakan  hasil  pengembangan model   area di Indonesia.    Area   Agama   memfasilitasi   anak   berguru  ihwal kegiatan ibadah  sesuai dengan agama yang dianut.
  5.  Model Sentra
  Model    yang      dikembangkan     Creative    Curiculum    mengelola kegiatan pembelajaran yang seimbang antara bimbingan pendidik dengan   inisiatif   anak.    Bermain    dipandang   sebagai   kerja   otak sehingga anak diberi kesempatan untuk memulai dari pengembangan ide  hingga tuntas  menuntaskan hasil  karyanya "start  and  finish". Dukungan  pendidik memfasilitasi  anak membuatkan kecakapan berpikir aktif dan anak diberi  keleluasaan untuk melaksanakan aneka macam kegiatan  untuk  mendapat  pengalaman   ihwal  dunia sekelilingnya.
  Model  pusat yakni model   di  mana pembelajaran  fokus  pada anak,  proses  pembelajaran  berpusat di  pusat bermain  dan  pada ketika anak dalam lingkaran.
 
  Sentra yang   dikembangkan tidak berbeda dengan sistem area. Perbedaan  nampak  dalam  pengelolaan  kelas.  Dalam  model   area semua  anak  bebas  bergerak  di   semua  area  yang    dikelola  oleh seorang  pendidik.   Sedangkan   dalam   model    pusat  anak  bebas menentukan bermain yang disiapkan dalam satu sentra.
  Di  dalam  pusat  dilengkapi dengan  3  jenis  kegiatan  bermain yaitu bermain sensorimotorik, main peran, dan  main pembangunan. Keragaman  main  atau  disebut juga  densitas  main  memfasilitasi untuk sanggup  menentukan mainan  sesuai dengan  minatnya.
  Proses pembelajaran pusat  dilakukan  dengan menggunakan  4 pijakan  yaitu  pijakan  penataan alat  (pijakan  lingkungan),  pijakan sebelum main, pijakan ketika main,  dan pijakan  sesudah main.
  1. Pijakan  Penataan Alat
  Penataan lingkungan main  diharapkan supaya lingkungan main anak  lebih   terstruktur,   terpola   akan  membuat  kondisi nyaman pada lingkungan  main anak. Lingkungan   merupakan   sernua  hal   yang  meliputi   dan dimiliki sekitar arena permainan. Diantaranya lantai, dinding-dinding,  bentuk serta ukuran ruangan belajar,  taman, perabotan dan  bahan-bahan yang  akan diharapkan dalam lingkungan main. Ruangan berguru yang   secara estetika   memberi kesan aman dan nyaman,   sanggup   membantu   suasana    pembelajaran    menjadi nyaman. Rancangan di dalam maupun di luar kelas harus direncanakan dengan baik.  Suasana yang  telah di tata dan direncanakan  sanggup  mendukung  anak  untuk  proses  sosialisasi dan   pemecahan   masalah.   Sehingga  bawah umur   akan   tertarik untuk   terus  belajar,   menelusuri   bahan-bahan   dan   mencari aneka macam informasi baru.
  Berikut  ini  yakni  beberapa  hal   yang harus  diperhatikan dalam menata lingkungan main:
  a. Suhu Ruangan
  Hal  pertama  yang akan  diperhatikan  anak  ketika  memasuki ruang   berguru   yakni   suhu   ruangan.   Jendela   yakni   ha! termudah untuk mendapat sirkulasi yang  baik.  Jika sangat memungkinkan, pendidik harus menemukan cara untuk menawarkan  sirkulasi yang  baik.
  b. Akustik dan Mutu  Suara
  Ruang    kelas   yang    tidak    dirancang    dengan   baik     akan besar lengan berkuasa terhadap  kebisingan, gema dan problem akuistik lainnya sehingga mengakibatkan terganggunya perhatian dan disiplin ruang kelas.
  c. Penerangan
  Penerangan  alamiah  sesungguhnya lebih  baik   daripada penerangan lampu listrik alasannya lebih terang. Terkadang penerangan lampu yang sudah bau tanah dan berkedip akan mengganggu pengelihatan.
  d. Ukuran  Ruang dan kepadatan
  Kepadatan dalam lingkungan kelas sanggup mengakibatkan stress. Kelas yang  penuh sesak akan mengakibatkan anak saling bersenggolan, bertabrakan  dan menganggu satu sama lainnya.
  e. Meubel dan mobilitas  tempat duduk
  Kursi-kursi  yang  tidak  nyaman dan berat serta  tempat duduk yang terpatri  mati akan membuat lingkungan  berguru yang kaku.
  2. Pijakan  sebelum Main
  Pijakan     sebelum   mam    diharapkan    untuk    menambah semangat anak dalam melaksanakan pembelajaran.  Dalam kegiatan awal    main,   yang   paling   menentukan  yakni   kiprah   seorang pendidik.   Adapun  beberapa  ha!  penting  yang  perlu  dilakukan dalam  tahapan ini  adalah:  pendidik bertindak  sebagai  informan pengetahuan  untuk  setiap  anak  yang   akan  melaksanakan pembelajaran  serta pendidik membuat hukum  kesepakatan yang harus   dipatuhi   oleh  setiap  anak  tanpa pengecualian.  Aturan  di awal     permaman     sangat     bermanfaat     dalam    peningkatan kedisiplinan anak serta melatih kemandirian anak.
  Berikut   ini   yakni    pijakan    sebelum   main   yang    sanggup diterapkan sebelum anak melaksanakan perrn.ainan,  sebagai berikut:
  a.   Salam dan  berdoa
  b.  Mengecek kehadiran siswa
  c.  Appersepsi
  d.  Penjelasan konsep
  e.   Informasi kegiatan main
  f.    Kesepakatan hukum main
  Sebagai referensi pijakan  sebelum main, Pada hari tersebut  materi yang akan  disampaikan  kepada  anak  yakni  mengenai   "Buah Pepaya",     maka     sebelum    pembelajaran     dimulai     pendidik melaksanakan sebagaimana point a dan b, kemudian menggali pengetahuan anak ihwal "Buah Pepaya" untuk selanjutnya dihubungkan     dengan     informasi      sebetulnya     (appersepsi). Kemudian  pendidik  menawarkan  klarifikasi  kepada  anak mengenai "Buah Pepaya", dimulai dari asal  Buah Pepaya, bentuk Buah  Pepaya,  manfaat dan kegunaan Buah  Pepaya,  dan   banyak lagi,  sehingga ketika  pembelajaran dimulai akan terasa  suasana yang  sangat rnenyenangkan.
  Selanjutnya   sesudah    menawarkan   klarifikasi    konsep   dan informasi kegiatan main yang  akan dilakukan, rnaka pendidik membuat suatu  hukum main  bersama yang harus  dipatuhi oleh semua anak tanpa terkecuali. Misalnya, anak diharuskan menggunakan  media crayon secara bergantian.  Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan sikap peduli dan  peka dalam diri anak.
  Dampak positif dalam pijakan sebelum main yakni  :
  a.  Meningkatkan daya  fikir;
  b. Menganalisa masalah;
  c. Memecahkan  masalah;
  d. Meningkatkan      rasa     percaya    diri    anak    ketika      proses pembelajaran berlangsung
  3. Pijakan Saat main
  Pijakan  ketika  mam berkaitan  erat  dengan  taksonomi pertanyaan,  yang  terdiri  atas   fakta,   konvergen,   divergen  dan penilaian.  fakta  merupakan  rangkaian  jawaban  yang diberikan dan  bersifat  absolut/sebenarnya.  Konvergen  yakni  jerns pertanyaan yang   hanya  mempunyai satu jawaban. Divergen  yakni jenis   pertanyaan   yang    mempunyai   banyak  jawan   yang    benar. Penilaian  yakni   bentuk  pertanyaan  yang  memerlukan  uraian untuk menjawabnya.  Contoh:
 - Fakta: "Apa rasa air laut?" Jawab: "asin"
 - Konvergen: "Bagaimana ikan bergerak di air?" Jawab: "berenang"
 - Divergen: "Apa saja yang hidup di laut?" Jawab: Ikan, Plankton, Ubur-ubur, dan lain-lain.
 - Penilaian: "Apa yang terjadi kalau air bahari tercemar?" Jawab: Akan mengakibatkan bahari menjadi kotor, Akan mengakibatkan maut bagi seluruh biota laut, dan lain-lain.
 
 Selain bentuk pertanyaan,  terdapat bentuk pernyataan yang berfungsi sebagai penguatan  konsep yang telah  dilakukan  oleh anak. Pernyataan terbagi atas pernyataan eksklusif dan tidak langsung. Contoh pernyataan langsung: "Bu guru lihat, Ani sudah melukis  di  atas  kertas  menggunakan cat  air  berwarna  jingga, merah dan hitam
  4. Pijakan  Setelah Main
  Pijakan  sesudah main  dilakukan untuk membagi pengalaman antara  satu  anak dengan yang lainnya,  menawarkan  informasi- informasi  gres sehingga akan terlihat  perkembangan setiap  anak dalam menangkap setiap  materi pembelajaran.
  Dalam   Tahap  ini   pendidik  sanggup   melaksanakan   hal-hal   di bawah ini:
  a. Menanyakan  kegiatan  main  yang   telah   dilakukan  anak  per individu;
  b. Menindaklanjuti  jerus  main  yang  diminati   atau  tidak  bagi anak;
  c. Menanyakan  perasaan sesudah main;
  d. Mengucapkan  terimakasih  secara  verbal  atas  keikutsertaan mereka   dalam   pembelajaran   dan   menjalani   kesepakatan bermain.
  Macam-macam pusat diantaranya:
  a.  Sentra Balok
  Sentra   balok   memfasilitasi   anak  bermain   ihwal  konsep bentuk,    ukuran,    keterkaitan   bentuk,    kerapihan,    ketelitian, bahasa,  dan kreativitas.  Bermain  balok  selalu  dikaitkan dengan main   kiprah   mikro,  dimana   bangunan   yang    dibangun   anak digunakan untuk bermain peran.
  b. Sentra Main Peran Kecil (mikro)
  Main   kiprah   kecil    membuatkan    kemampuan   berpikir abstrak,    berbahasa,    sosial-ernosional,    menyambungkan pengetahuan   yang  sudah   dimiliki  anak   dengan   pengetahuan baru,   menggunakan   alat   main   kiprah  berukuran   kecil.    Anak berperan   sebagai   sutradara   yang  mengatur  beberapa  peran. Contoh, pendidik menyediakan beberapa pos berrnain, yang di dalamnya terdapat  beberapa kiprah  yang sanggup  dimainkan  oleh anak.  Dalam  satu pos  bermain anak sanggup menentukan secara bebas peranan  yang   hendak  dimainkannya  sesuai  tema  yang berlangsung.
  c. Sentra Main Peran Besar (Makro)
  Sentra  main kiprah  besar  membuatkan  kemampuan mengenal    lingkungan     sosial,     membuatkan   kemampuan bahasa, kematangan emosi dengan menggunakan alat main yang berukuran sesuai dengan ukuran sebenarnya. Dalam pusat main kiprah   besar,   anak   cenderung    menjadi    pemain   (aktor)    dan mengikuti  alur  dongeng  yang  difasilitasi  oleh  guru  atau dikembangkan   sendiri  oleh  anak.   Contoh,   anak  memerankan sebagai dokter atau ayah   (sesuai tema), dan merefleksikan segala kiprah serta pengalaman sesuai yang diperankannya.
  d. Sentra Imtaq
  Sentra Imtaq mengenalkan kehidupan beragama dengan keterampilan   yang    terkait  dengan  agama  yang  dianut   anak. Sentra   Imtaq   untuk   RA   mengenalkan   nilai-nilai    kehidupan beragama  yang   terdapat  dalam  rukun  iman,  rukun  Islam  dan Ihsan yang  dilakukan secara konseptual maupun praktis.
  e. Sentra Seni
  Sentra  seni  sanggup  dibagi menjadi  seni musik,  seni tari,   dan seni rupa.  Penentuan pusat seni yang  dikembangkan tergantung pada  kemampuan  RA.  Disarankan  minimal ada  dua  kegiatan yang   dikembangkan  di  pusat  seni yakni  seni  musik  dan  seni rupa. Sentra seni  membuatkan kemampuan motorik halus, keselarasan   gerak,  nada,   aspek  sosial-emosional  dan    lainnya. Sentra  seni memungkinkan  pendidik  memfasilitasi anak  dalam membuat hasil karya sesuai dengan tema yang berlangsung.
  f.   Sentra Persiapan
  Sentra  persiapan  lebih  menekankan  pengenalan keaksaraan awal  pada anak.  Keaksaraan awal  yakni istilah yang  digunakan untuk   menjelaskan    kemampuan   anak   dalam    menggunakan huruf  atau membaca dan menulis yang dikuasai sebelum anak berguru    cara    membaca   dan     menulis.    Keaksaraan    awal     di antaranya  yakni   bahasa  mulut  ekspresif  dan   reseptif,   makna bunyi,  pemahaman visual,  konsep matematika dasar,  dan logika dasar.  Kegiatan  persiapan  sanggup juga diperkuat  dalam beberapa kegiatan bermain yang  berbeda.
  g.  Sentra Bahan Alam
  Sentra materi alam  lebih menguatkan pengetahuan sain, matematika,  dan   seni.  Sentra  materi alam   diisi dengan  aneka macam materi  main yang   berasal dari alam, menyerupai air,  pasir, bebatuan, daun, dan sebagainya. Di pusat materi alam anak mempunyai kesempatan  menggunakan  materi  main  dengan  aneka macam  cara sesuai  pikiran  dan  gagasan  masing-rnasing  dengan  hasil  yang berbeda melalui penguatan fungsi panca indera.
  Saat    bermain    di     pusat    materi    alam      ini,       pendidik memfasilitasi    pemanfaatan    aneka macam    media   dalam    kegiatan bermain untuk memperkuat organ menulis (motorik halus) dalam rangka  persiapan  menulis.   Organ   menulis   anak   diantaranya yakni  pergelangan  tangan  dan  tiga   buah jari,  yaitu  ibu   jari, telunjuk dan  jari tengah.
  h. Sentra Memasak
  Sentra  memasak  kaya  dengan  pengalaman  unik  bagi  anak dalam mengenal aneka macam materi kuliner dan proses sain yang menyenangkan. Sebagai laboratorium mini, pusat memasak memfasilitasi anak  berguru  konsep matematika,  sain,   alam,  dan sosial,  menyerupai perubahan  benda cair ke  padat,  rasa dan   aroma, fungsi panca  indera,  dan   lain  sebagainya,  sehingga menunjang perkembangan  kognitif,  sosial-ernosional,  bahasa,  motorik,  sent, dan nilai  agama.
  Model-model  pembelajaran  tersebut di  atas merupakan hasil penelitian  dan penerapan  para pakar pendidikan anak  usia  dini yang berlangsung  bertahun-tahun  sebelum disosialisasikan  lebih luas. Pengkajian oleh para hebat  dilakukan untuk mengetahui sejauhmana  efektifitas  model-model  tersebut  bisa  membantu anak   dalam    belajar.    Setiap    model     mempunyai  kekuatan    dan keunggulan masing-masing.  Oleh  alasannya itu  apapun model   yang digunakan,   anak   bisa   bermain   dengan   nyarnan,   aman,   dan kemampuan  berpikir kritis,  kreatif,  dan  sikap  baiknya  sanggup berkembang dengan baik.
  BAB V PENUTUP
  Pencapaian pertumbuhan  dan perkembangan spiritual,  moral,  sosio emosional, kecerdasan,  seni, bahasa  dan fisik  motorik pada anak dicapai melalui   pembelajaran    yang     melibatkan   konten   dan   metode    yang digunakan. Metode pembelajaran lebih penting daripada materi yang diajarkan.  Karena itu,  pendidik dituntut untuk kreatif dan  inovatif   dalam menggunakan metode dan  taktik pembelajaran secara bervariasi.
  Tidak  ada  satu  taktik  atau  metode  yang    terbaik  untuk   semua situasi  dan  kondisi.   Pendidik diharapkan   sanggup  menentukan  taktik   dan metode yang  sempurna sesuai dengan situasi, kondisi, serta karakteristik anak dan  kebutuhan pembelajaran.
  Petunjuk teknis ini diharapkan  sanggup dipedomani oleh para pendidik, pengelola,  penyelenggara  dan  pemangku  kepentingan untuk membuatkan dan memfasilitasi penerapan taktik  pembelajaran yang tepat.
          Demikian yang bisa kami sampaikan mengenai keterangan berkas dan share file Juknis Strategi Pembelajaran di RA 2019 - SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor 2765 Tahun 2019. Semoga bisa bermanfaat.
 
Advertisement
